Sudah 469 Petugas KPPS Meninggal, Jusuf Kalla Sebut Berlebihan Tuduhan Petugas KPPS Diracuni
TRIBUN-TIMUR.COM - Kementerian Kesehatan mengambil langkah cepat menjawab misteri meninggalnya ratusan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) Pemilu 2019.
Kementerian Kesehatan melakukan autopsi verbal di 34 provinsi.
Namun saat ini, Kementerian Kesehatan baru merampungkan autopsi 17 provinsi.
Baca: TRIBUNWIKI: Ini Resep Kreasi Ubi, Bisa Jadi Menu Berbuka Puasa
Baca: Masjid Agung Syuhada Polman Siapkan Makanan Berbuka Gratis untuk Musafir
Perwakilan Dirjen Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Tri Hesti Widyastuti mengatakan, dari 34 provinsi tersebut, 17 di antaranya sudah selesai diautopsi verbal.
Autopsi verbal adalah investigasi atas kematian seseorang melalui wawancara dengan orang terdekat korban, mengenai tanda-tanda kematian.
Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai berlebihan, hoaks adanya petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) Pemilu 2019 meninggal karena diracun.
Ia juga menanggapi permintaan visum petugas KPPS yang meninggal dunia. Kalla mengatakan, visum harus seizin keluarga.
"Itu terserah keluarganya, visumkan harus izin keluarga dan mungkin tuduhan (hoaks) bahwa itu diracun itu berlebihan saya kira," ujar Kalla di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Senin (13/5/2019).
Data terakhir dari KPU, sebanyak 469 petugas KPPS meninggal. Sementara petugas pengawas pemilu yang meninggal mencapai 92 orang.
Baca: Penyebab Driver Ojek Online / Ojol Tawuran dengan Tukang Parkir di Mal Panakukang (MP), Tonton Video
Kalla menilai, meninggalnya para petugas pemilu disebabkan oleh rumitnya sistem pemilu Indonesia.
Sistem pemilu Indonesia yang rumit menyebabkan para petugas bekerja di atas batas maksimal.
Ia tak menyangka bila jumlah petugas yang meninggal dunia bisa mencapai angka ratusan orang.
Menurut Kalla, yang terpenting dilakukan pemerintah dan DPR ke depannya ialah merevisi sistem pemilu menjadi lebih sederhana.
"Memang sejak awal kalau diingat saya selalu mengatakan ini paling rumit di dunia. Tetapi saya tidak menyangka korbannya akan begitu besar. Bahwa memang rumit itu kita sudah mengetahuinya sejak awal bahwa itu rumit," ujar Kalla.
Baca: Kronologi Lengkap Keributan Driver Ojek Online dan Tukang Parkir hingga Isu Bom di Makassar