Rully menjelaskan, keenam parpol ini juga tak memiliki isu pembeda dengan 9 atau 10 parpol yang akan lolos ke parlemen.
"Tidak ada isu pembeda ya, khususnya parpol baru terhadap parpol lama. Alhasil, pemilih tidak merasakan ada faktor pembanding antara partai baru dan partai lama," katanya.
Ia mencontohkan, Partai Solidaritas Indonesia (PSI), yang selama kampanye banyak menitikberatkan isu yang menyangkut kaum minoritas, pun tetap tidak banyak mendongkrak suara.
PSI, seperti diungkapkan Rully, sebenarnya kurang bisa mengoptimalkan suara kaum minoritas. Dengan demikian, hasil hitung cepat menyatakan PSI tak lolos ambang batas.
"PSI menghajar isu-isu poligami, perda syariah, dan sebagainya. Namun, yang kita tahu kan mayoritas masyarakat Indonesia itu beragama Islam. PSI mau masuk ke suara minoritas tetapi kurang mampu mengoptimalkan," paparnya.
Adapun hitung cepat LSI menggunakan jumlah sampel yang dipilih sebanyak 2.000 TPS dengan teknik penarikan sampel multistage random sampling, sedangkan margin of error hasil hitung cepat ini sebesar kurang lebih 1 persen.
Berdasarkan hasil hitung cepat yang dilakukan Litbang Kompas, dari 16 parpol peserta Pemilu 2019, diperkirakan hanya 9 parpol lolos ambang batas parlemen atau Parliamentary Threshold (PT).
Sampai Kamis (18/4/2019) pagi, hitung cepat Litbang Kompas itu sudah mencapai 87 persen suara masuk.
Pemilu 2019 di tingkat nasional diikuti oleh 16 partai politik.
Tetapi, dari 16 parpol tersebut diperkirakan hanya ada 9 parpol yang bakal lolos ke parlemen.
Kesembilan atau 9 parpol peraih kursi DPR atau parlemen tersebut adalah sebagai berikut:
1. PDI Perjuangan : 20,22 %
2. Partai Gerindra : 12,82 %
3. Partai Golkar : 11,71 %
4. PKB : 9,39 %