Pembunuhan Karyawati UNM

Asal Sama dari Sinjai, Dekat Sejak SMA hingga Kerja di UNM, Mengapa Wahyu Jayadi Bunuh Siti Zulaeha?

Penulis: Muslimin Emba
Editor: Sakinah Sudin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Selanjutnya, mereka jalan bareng, dimana Wahyu Jayadi mengemudikan mobil Daihatsu Terios milik Siti Zulaeha Djafar.

Saat mobil mereka papasan, berdasarkan pengakuan pelaku, Siti Zulaeha Djafar sempat meminta kantong plastik kepada pelaku.

Kantong plastik itu digunakan korban untuk buang air kecil (pipis) di dalam mobil.

Korban juga tak pernah keluar dari mobil sejak papasan hingga mobilnya meninggalkan kompleks pertokoan Permata Sari.

Kantong plastik itu bersama lembaran tisu bau pesing diamankan polisi sebagai barang bukti.

Polisi dari Resmob juga mengamankan barang bukti lain sebuah berupa batu, sebuah kunci kontak mobil Daihatsu Terios, sebuah kerudung warna hijau, sebuah cincin.

Sebuah jam tangan, sebuah smartphone iPhone X milik korban, sebuah handphone merek Samsung milik pelaku, sebuah smartphone Xiaomi milik pelaku, selembar kemeja warna hijau dikenakan pelaku, selembar celana warna hitam dikenakan pelaku, uang tunai Rp 440 ribu.

Sampel darah korban, tisu bekas, dan pakaian korban.

Motif Pembunuhan

Dekat masa sekolah di kampung hingga kerja, lantas mengapa Wahyu Jayadi tega membunuh Siti Zulaeha Djafar?

Diberitakan sebelumnya, polisi merilis motif Dosen Universitas Negeri Makassar (UNM) Dr Wahyu Jayadi MPd tega membunuh staf Biro Administrasi Umum UNM, Siti Zulaeha Djafar, Jumat (22/3/2019) lalu.

Siti Zulaeha Djafar ditemukan dalam kondisi tewas dalam sebuah mobil Terios berwarna biru di depan sebuah gudang di BTN Zarindah, Gowa.

Semula, Siti Zulaeha Djafar diduga menjadi korban perampokan.

Pasalnya, sejumlah barang hilang dan kaca mobil milik korban pecah.

Setelah proses penyelidikan, diketahui ia menjadi korban pembunuhan.

Pelakunya tak lain adalah rekan kerjanya sendiri di UNM, Dr Wahyu Jayadi.

Adapun motif sehingga pelaku melakukan pembunuhan terhadap korban yaitu karena pelaku merasa tidak terima dengan perlakuan korban.

Selama ini korban sudah dianggap sebagai keluarga pelaku, yang di mana korban tersebut sudah terlalu jauh ikut campur terhadap masalah pekerjaan dan masalah pribadi pelaku.

Sayang, polisi tak menjelaskan lebih rinci masalah pekerjaan dan masalah pribadi yang dimaksud. (TRIBUN-TIMUR.COM)

Berita Terkini