Bupati Luwu Timur Tausyiah Isra Miraj di Pesantren Uswatun Hasanah, Ini Pesannya

Penulis: Ivan Ismar
Editor: Munawwarah Ahmad
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Isra Miraj Nabi Muhammad SAW dirangkaikan zikir bersama jamaah di Pesantren Uswatun Hasanah, Desa Cendana Hijau, Kecamatan Wotu, Sulawesi Selatan (Sulsel), Sabtu (23/3/2019).

TRIBUNLUTIM.COM, MALILI - Bupati Luwu Timur, Thorig Husler mengikuti peringatan Isra Miraj Nabi Muhammad SAW dirangkaikan zikir bersama jamaah di Pesantren Uswatun Hasanah, Desa Cendana Hijau, Kecamatan Wotu, Sulawesi Selatan (Sulsel), Sabtu (23/3/2019).

Suami Puspawati Husler juga menyempatkan tausyiah dihadapan ratusan jamaah yang hadir.

Husler mengharapkan peringatan Isra Miraj tidak dijadikan sebagai seremoni rutin yang diperingati setiap tahunnya.

Namun dijadikan sebagai sarana melakukan introspeksi diri terhadap kualitas pelaksanaan kewajiban salat lima waktu.

"Salat adalah amal yang tidak bisa digantikan oleh siapapun. Maka salat adalah amal utama ketika kita ditanya dan dihitung amal kita di akhirat," pesan Husler.

Kegiatan Isra Miraj kata Husler adalah ungkapan rasa syukur dan momen berharga bagi seluruh umat Islam di Luwu Timur untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Untuk abdi negara kata Husler ketaqwaan yang mantap kepada Allah SWT, mampu melandasi moral, motivasi dan semangat pengabdian.

"Sebagai prajurit dalam menjalankan pengabdian kepada masyarakat, bangsa dan negara," tutur Husler.

Isra Mi'raj ini mengangkat tema dengan hikmah Isra Mijra serta zikir dan doa kita naungi lautan dan daratan negeri Ini.

Pimpinan Pondok Pesantren Uswatun Hasanah, Ust. Lalu Ahmad Jalaluddin dalam ceramah menyampaikan bahwa, Peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW diambil dari dua buah kata yang penuh arti yaitu Isra’ yang berarti “perjalanan malam” dan Mi’raj yang berarti “naik ke langit ”.

Perjalanan malam yang dimaksud adalah perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa. Dari peristiwa Isra’ Mi’raj inilah umat Islam di seluruh dunia mengenal yang namanya sholat dan diwajibkan untuk melakukan salat lima waktu dalam sehari semalam.

Peristiwa Isra’ Mi’raj, lanjut Lalu, terjadi tepat pada tahun 621 Masehi, tepatnya pada tanggal 27 Rajab (3 tahun sebelum hijrah).

Nabi Muhammad SAW waktu itu sudah berumur 51 tahun dan peristiwa Isra’ Mi’raj terjadi saat tengah malam hingga subuh waktu Mekkah. Peristiwa ini terjadi karena Nabi Muhammad SAW yang sedang dalam keadaan duka.

"Beliau telah ditinggal mati oleh dua orang yang dia cintai yaitu Khadijah sang istri dan Abu Thalib sang paman. Saat itu, Nabi Muhammad SAW mengalami duka yang sangat dalam,"

"Sehingga untuk menghibur Nabi Muhammad SAW, Allah SWT mengajak Nabi Muhammad SAW ke suatu perjalanan hingga sampai ke Sidrotulmuntaha untuk bertemu dengan-Nya," kata Ustad Lalu Ahmad.

Laporan Wartawan TribunLutim.com, @vanbo19

Jangan Lupa Subscribe Channel Youtube Tribun Timur :

Jangan Lupa Follow akun Instagram Tribun Timur:

Berita Terkini