Dedi mengatakan, kepemilikan IP Address Mabes Polri itu bisa diretas akun anonimus tersebut melalui Wifi di areal Mabes Polri.
Alasannya, wifi tersebut dapat diakses oleh masyarakat atau publik secara bebas yang berada di area atau wilayah Mabes Polri.
Baca: Reaksi Rocky Gerung Saat Rustam Ibrahim Minta TKN Boikot ILC TVOne Jika RG Dihadirkan Malam ini
"Itu kan (akun) enggak jelas, kenapa harus kita jadikan rujukan. Kemudian kalau IP, Wifi di areal Mabes ini ada di area publik. Jadi bisa diakses publik," ujar Dedi yang dikutip dari Tribunnews, Jumat (8/3/2019).
"Sudah (diselidiki), langkah-langkah progresif sudah dilakukan Direktorat Siber. Kita akan memprofil akan identifiaksi siapa yang memiliki akun opposite sebagai akun anonimus," kata Dedi.
Narasi yang beredar:
Informasi itu menyebutkan, terdapat 100 orang di tiap Polres di seluruh Indonesia yang dijadikan buzzer untuk mendukung Jokowi pada Pilpres 2019.
Salah satu video terkait konten yang diunggah tersebut menunjukkan sebuah akun Instagram yang diduga menjadi pusat koordinasi pasukan "buzzer ala kepolisian" ini.
Selain itu, terdapat sebuah hasil investigasi yang menunjukkan para buzzer yang disebut sebagai "Alumi Sambhar" itu menggunakan sebuah aplikasi khusus yang diberi nama "Shambar".
Berdasarkan penelusuran akun Twitter itu, diketahui bahwa alamat IP (Internet Protocol Address)-nya menunjukkan berasal dari Mabes Polri.
Berikut tangkapan layarnya:
Penelusuran Kompas.com:
Salah satu post di Facebook turut menyertakan sejumlah penjelasan dari pegiat media sosial Mustofa Nahrawardaya di televisi.
Kompas.com pun berupaya menghubungi Mustofa untuk mendapatkan penjelasan.
Apalagi, dalam potongan tayangan televisi itu, Mustofa juga mengaku telah mengecek alamat IP seperti yang disebut dalam post yang diunggah di Twitter tersebut.
Menurut dia, pihak kepolisian sebaiknya segera melakukan komunikasi dengan pihak yang melakukan pembongkaran adanya buzzer penyebar hoaks yang terkoneksi dengan alamat IP (Internet Protocol Address) milik Polri.