Bincang Sastra FKIP Universitas Bosowa Hadirkan Sastrawan Yudisthira M Massardi

Penulis: Munawwarah Ahmad
Editor: Arif Fuddin Usman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Bosowa (Unibos) menggelar Bincang Sastra di auditorium Aksa Mahmud, Selasa (11/12/2018). Hadir sastrawan Yudhistira AM Massardi.

Laporan Wartawan Tribun Timur Munawwarah Ahmad

TRIBUN-TIMUR.COM,MAKASSAR - Sastra merupakan karya yang bermediakan bahasa. Sastra tidaklah terikat, sastra itu bebas dan isinya mampu mengubah dunia dan menjadi unsur yang penting dalam kehidupan.

Demikian alasan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Bosowa (Unibos) menggelar Bincang Sastra di auditorium Aksa Mahmud, Selasa (11/12/2018).

Bertajuk Sastra Diantara Bintang, menghadirkan sastrawan yang karya-karyanya sudah populer yaitu Yudhistira ANM Massardi.

Baca: Sidang Terdakwa Kasus Pembakaran Rumah di Tinumbu, Diwarnai Histeris Keluarga Korban

Baca: Setelah Hampir Tiga Bulan, Satu Lagi Jenazah Ditemukan di Reruntuhan Hotel Roa-roa Palu

“Permasalahan di bangsa kita hingga saat ini ialah bangsa kita masih menjadi bangsa yang bukan suka membaca dan menulis, melainkan masih menjadi bangsa yang suka mendengar dan berceloteh," kata Yudhistira.

Wakil Rektor II Unibos Dr Mas’ud Muhammadiah yang juga sastrawan dan Andi Neneng Nur Fauziah alumni Sastra Unibos, turut hadir sebagai narasumber.

“Sebaik apapun sebuah teknik pembelajaran jika berada di tangan guru yang kurang kreatif maka tidak banyak manfaatnya. Sebaliknya, sesederhana apapun teknik pembelajarannya jika berada di tangan guru yang baik maka akan banyak manfaatnya,"kata Mas’ud.

Dalam perbincangan tersebut juga dibahas mengenai sastra yang termasuk permasalahan yang terjadi di Indonesia.

Dibincangkan pula mengenai kurangnya kualitas pengajar mengenai sastra, dimana pengajar sastra kebanyakan tidak memiliki konsentrasi pendidikan dalam sastra.

Sehingga yang terjadi ialah hanya belajar bahasa dalam konsentrasi sastra, minim dalam pembelajaran sastra itu sendiri.

Sementara Neneng mengatakan, guru yang berhasil adalah guru yang membawa anak-anaknya melebihi kemampuan gurunya.

Selanjutnya para pemateri meminta mahasiswa untuk aktif menulis karya sastra. (*)

Lebih dekat dengan Tribun Timur, subscribe channel YouTube kami:

Berita Terkini