Kenapa Kursi Nomor 13 dan 14 Tak Pernah Ada di Pesawat Udara? Berikut Alasannya

Editor: Edi Sumardi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi kabin pesawat udara.

TRIBUN-TIMUR.COM - Kenapa kursi nomor 13 dan 14 tak ada di dalam pesawat udara?

Inilah jawabannya.

Ada beragam mitos dan legenda yang kita ketahui di dunia.

Wujudnya bisa bermacam-macam, ada yang berupa sosok misterius, tempat keramat, hingga angka yang dianggap berhubungan dengan nasib.

Berbicara tentang mitos yang menyelimuti angka, masyarakat awam sudah tahu bahwa angka 13 dan 14 untuk sebagian orang merupakan simbol kesialan.

Baca: Laura Lazarus Mantan Pramugari Lion Air 2 Kali Kecelakaan, Muka Hancur Hingga Gajinya Dihentikan

Baca: Tes CPNS Kemenkumham, Warga Bone Pakai Joki Asal Jakarta, Bayarannya Rp 25 - Rp 45 Juta

Baca: Alfiani Hidayatul Solikha, Pramugari Pesawat Lion Air JT 610 yang Jatuh Ternyata Tak Sekedar Cantik

Bahkan, bangsa Eropa dan Amerika yang dianggap maju dalam teknologi, juga masih memercayai mitos angka 13.

Adapun bagi sebagian warga Tionghoa, angka 4 menjadi perlambang kematian.

Ilustrasi kabin pesawat udara. (DOK BATAVIA AIR)

Oleh sebab itu, segala sesuatu yang mengandung angka 4 sebisa mungkin mereka hindari.

Di China, rasanya mustahil menemukan elevator, lantai apartemen, atau alamat dengan kandungan angka 13 dan 14 atau yang memiliki kombinasi angka 4.

Di pertokoan Jakarta, sejumlah elevator masih ada yang memiliki angka 4.

Namun, untuk angka 13, rasanya akan sulit kita temukan.

Baca: Alhamdulillah, Gaji PNS Resmi Naik Plus THR dan Gaji ke-13

Untuk menghindari penggunaan angka 13 dan 14, suatu alamat umumnya akan memakai angka 12A dan 12B setelah angka 12.

Setelah itu, langsung sampai pada angka 15.

Angka 13 dan 14 pun ternyata ditakuti oleh beberapa maskapai penerbangan.

Di dalam pesawat yang mereka operasikan tak ada kursi nomor 13 dan 14. Setelah kursi nomor 12 langsung sampai kursi 15.

Baca: Kini, Harga Tiket Lion Air ke Singapura dan Malaysia Lebih Murah Dibanding ke Makassar

Baca: Kopilot Lion Air JT 610 Harvino Ternyata Sosok yang Saleh, Coba Lihat Rekamannya di Kokpit

Baca: Beginilah saat Penumpang dan Pramugari Lion Air JT 610 Masuk Pesawat Sebelum Jatuh

Baca: Ternyata Roger Danuarta Jadi Mualaf Atas Bimbingan Sosok Ini

Sejumlah sumber di maskapai penerbangan mengatakan, mereka menghormati kepercayaan para penumpang yang beraneka ragam.

Dulu, kata seorang staf maskapai penerbangan swasta di Indonesia, pihaknya pernah memiliki kursi nomor 13 dan 14.

Namun, saat check-in, ada beberapa penumpang yang mendapat nomor tersebut minta pindah tempat duduk.

Dalam perkembangannya, kedua nomor tersebut diputuskan ditiadakan dalam penomoran kursi di pesawat.

Bahkan, tak cuma kursi, beberapa maskapai di Indonesia menghindari kode registrasi yang terkesan seperti angka 13.

Baca: Histeris, Anak Korban Lion Air JT 610 Jatuh: Tante Jujur, Mama Ada di Pesawat Itu Kan?

Baca: Anak Korban Pesawat Lion Air JT 610 Jatuh: Ma, Lama Sekali Ayah Kok Belum Pulang?

Kode registrasi umumnya terdapat di bagian ekor pesawat, di dekat pintu belakang atau di bagian bawah vertical stabilizer, yang terdiri atas beberapa huruf.

Dalam hal ini, huruf B coba dihindari karena huruf tersebut dianggap seperti angka 13 yang dirapatkan.

Sebagai contoh, jika suatu maskapai memiliki empat unit pesawat, urutan registrasinya menjadi PK-AAA, PK-ACA, PK-ADA, dan PK-AFA.

Ini menunjukkan meski dunia penerbangan dioperasikan dengan regulasi yang amat ketat, mitos tetap bisa menyelinap ke dalamnya.

Misteri Kursi Nomor 13 di Batavia Air

Kendati demikian, di Indonesia, pesawat udara Batavia Air dengan nomor penerbangan YG - 561 dari Jakarta tujuan Pekanbaru, hari Minggu (25/9/2011) petang, memberikan tiket penumpang bernomor 13A dan 13B kepada Nyonya Mardiana dan suaminya.

Mulanya, Mardiana merasa heran, sebab setelah puluhan kali naik pesawat, baru kali ini dia mendapat kursi bernomor 13.

Namun dia mendiamkan saja.

Keanehan mulai terjadi saat Mardiana dan suaminya naik ke pesawat.

Misteri kursi bernomor 13 di pesawat udara Batavia Air (DOK KOMPAS)

Ternyata kursi bernomor 13 memang tidak ada.

Setelah kursi nomor 12, yang ada di deretan selanjutnya adalah kursi bernomor 14.

Baca: Pesawat Lion Air JT 610 Jatuh - Menantu Pengusaha Coto Makassar Ikut Jadi Korban, Istri Sedang Hamil

Baca: Operasi Zebra 2018 Segera Digelar, Berikut 4 Tips Agar Anda Bebas dari Tilang

Baca: Bukan Karena Harta, Alasan Pemuda Muh Idris Nikahi Nenek Inade Si Juragan Cengkeh

Baca: Pesawat Lion Air Jatuh - Waspada! Berikut 2 Hoax yang Viral, Selfie dan Kondisi Kabin

Ketika disampaikan perihal nomor tiket itu kepada pramugari yang bernama Ira Maei, dia langsung terheran-heran.

"Tidak ada nomor 13 di pesawat ini, ada kesalahan, namun ibu dan bapak dapat duduk di kursi nomor 14A dan 14B ini saja dahulu," kata Ira menenangkan.

Pesawat udara Batavia Air. (BATAVIA GALLERY)

Tidak lama kemudian, muncul seorang pria tinggi besar yang menyebutkan dia memiliki tiket bernomor 14 A dan seorang penumpang lain yang belakangan diketahui bernama Rizal, pegawai Kantor Bea dan Cukai Riau yang memegang tiket bernomor 14B.

Masalah mulai muncul, dan pramugari Hindri Astutik dan Juni Cahyati mulai terlihat kasak kusuk memanggil petugas darat untuk membantu menyelesaikan persoalan.

Setelah beberapa lama, seluruh penumpang telah naik ke pesawat.

Ternyata, ada tersisa dua kursi yang belum diduduki penumpang.

Akhirnya pramugari mengarahkan Rizal untuk duduk di kursi bernomor 2B dan pria bertubuh tinggi besar di kursi 11E yang kosong.

Pesawat berkapasitas 168 orang itu penuh total.

Tidak ada lagi kursi tersisa.

Namun akibat insiden kursi bernomor 13A dan 13B, jadwal pesawat yang semestinya tebang pukul 16.50, pintu pesawat baru dapat ditutup pada pukul 17.10 dan terbang pukul 17.30.

Tidak ada kejadian apapun sepanjang perjalanan dari Jakarta ke Pekanbaru, cuaca cukup bagus.

Hanya saja sesaat sebelum mendarat, tubuh pesawat bergoyang, oleng ke kiri dan ke kanan, tidak stabil, sehingga membuat penumpang cukup cemas. U

ntungnya, Kapten Pilot Hendra Sutrisno mampu mendaratkan pesawat dengan baik.

Ketika mendarat, bahkan ada penumpang yang bertepuk tangan.

Sebelum turun dari pesawat, Mardiana dan suaminya masih penasaran, mengapa mereka diberi nomor kursi 13 A dan 13B.

Pramugari Juni Cahyati mengatakan, masalah itu disebabkan petugas darat Batavia, mungkin tidak mengecek bahwa pesawat Batavia yang satu ini, tidak memiliki kursi bernomor 13.

"Memangnya ada pesawat yang bernomor kursi 13?" tanya suami Ny Mardiana.

Juni mengungkapkan, ada satu pesawat Batavia di Indonesia, yang memiliki nomor kursi 13.

Kalau pernyataan Juni diasumsikan benar, mengapa hanya Ny Mardiana dan suaminya yang mendapat nomor kursi 13?

Bukankah kalau penumpang penuh, semestinya, ada empat penumpang lain yang memegang tiket bernomor 13C, 13D, 13E dan 13F?

Hingga Batavia Air bangkrut, belum ada jawaban misteri kursi bernomor 13A dan 13B itu.(*)

Berita Terkini