Stabilitas Sesar Palu Koro, Empat Hal Ini Diingatkan Pakar Gempa Unhas

Penulis: Fahrizal Syam
Editor: AS Kambie
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Peneliti Gempa dan Tsunami Universitas Hasanuddin, Dr Eng Achmad Yasir Baeda

Laporan Wartawan Tribun Timur, Fahrizal Syam

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Pascagempa dahsyat berkekuatan 7,4 SR yang melanda Palu, Donggala, dan beberapa daerah lain di Sulawesi Tengah, Jumat lalu, gempa susulan bermagnitudo kecil terus melanda di Pulau Sulawesi.

Setelah gempa di Sinjai yang membuat panik warga, hari ini, gempa dua kali terjadi di wilayah Luwu Timur.

Peneliti Gempa dan Tsunami Universitas Hasanuddin, Dr Eng Achmad Yasir Baeda, mengatakn, ada empat hal yang harus diperhatikan dengan maraknya gempa susulan di Sulawesi.

"Pertama, kita mesti lihat dulu, apakah gempa di Luwu itu akibat stabilisasi Palu-Koro Fault sendiri, atau stabilisasi yang bukan dari Palu-Koro Fault. Jika memang masih sangat dekat dengan jalur lintas Palu-Koro Fault maka kemungkinan besar, itu adalah proses stabilisasi Palu-Koro Fault sendiri," kata Alumni Hiroshima University ini kepada Tribun Timur, Rabu (3/10/2018).

Ia melanjutkan, hal kedua yakni, jika memang di luar dari jalur Palu-Koro Fault, maka besar prosentase fault terdekatlah yang berusaha memberikan stabilisasi atas gerakan Palu-Koro Fault tanggal 28 September 2018 lalu tersebut.

Terkait kemungkinan magnitudo gempa susulan, Om Kole, panggilan akrab Achmad Yasir Baeda, mengatakan seperti yang disampaikan Profesor Jepang Kenji Satake, maka sepekan adalah waktu-waktu waspada dimana after shock bisa sampai sebesar main shock.

"Hanya saja, khusus melihat event 28-09-2018, maka cenderung magnitudenya mengecil dan menjauhi posisi epi saat mainshock. Olehnya, itu masih dalam proses stabilisasi, terlepas apakah itu berasal dari Palu-Koro Fault atau bukan," terangnya.

Hal keempat menurut Dosen Teknik Kelautan Unhas ini, melihat kekutan gempa susulan beberapa hari terakhir, gempa tersebut masuk karakter menengah, namun tetap dapat merusak.

"Jika 4.8MMI, bisa terjadi apa? Ya goncangan yang cukup kuat. Apa bisa meruntuhkan rumah? Bisa, jika rumahnya dibangun dengan bahan yang tidak kuat. Namun sejauh ini, dengan 4.8MMI, itu karakter menengah, bukan kuat," pungkasnya.

DiI Tribun Timur cetak edisi Kamis, 4 Oktober 2018, halaman 1 dan 7 terbit ulasan , Dr Eng Achmad Yasir Baeda,berjudul "Masa 'Kritis' Palu-Koro Sudah Berakhir".

"Penjelasan ulang ini sekaligus untuk menepis bahwa saya tidak dalam posisi menyimpulkan bahwa masa kritis Palu Koro sudah berakhir. Saya hanya minta kita tetap waspada karena gempa-gempa susulan masih terus terjadi," tegas Dr Achmad Yasir.(*)

Berita Terkini