Laporan Wartawan Tribun Timur, Ansar Lempe
TRIBUN TIMUR.COM, MAROS - Rendahnya debit air bendungan Batubassi, Bantimurung, Maros, menyebabkan cekcok antarpetani. Cekcok tersebut melibatkan petani Maros Baru dan Alatenggae, Bantimurung.
Selain itu, cekcok antarpetani juga terjadi di Kecamatan Simbang, khususnya Desa Jenetaesa. Hal tersebut disebabkan, masing-masing kelompok tani, ngotot untuk mendapatkan air.
Seorang warga Batubassi, Nurdin mengatakan, Senin (3/8/2018) sebulan terakhir, sejumlah petani datang ke bendungan dan protes. Petani tersebut keberatan lantaran tidak mendapatkan jatah air.
Petani dari Maros Baru sudah beberapa kali datang ke bendungan. Namun tidak pernah mendapatkan air. Pasalnya, petani di Alatengae, tidak membiarkan air sampai ke Maros Baru.
"Seharusnya, Maros Baru memiliki jatah air. Saat ini, petani Maros Baru baru memasuki masa tanam kedua. Tapi petani di Alatengae, tidak membiarkan air sampai di sana," katanya.
Padahal, petani di Alatengae, sudah memasuki masa tanam kali ketiga. Untuk mencegah air sampai ke Maros Baru, petani Alatengae, nekat merusak beberapa pintu irigasi.
Padahal irigasi tersebut sudah ditutup rapat oleh petugas irigasi. Petani Alatengae, membuat lubang sehingga air mengalir ke sawah. Air tersebut tidak sampai ke Maros Baru.
"Harusnya petani di Alatengae, bersabar. Air yang ada saat ini, bukan untuk mereka. Tapi Maros Baru. Padi di Maros Baru saat ini, sangat membutuhkan air. Tapi tidak biarkan mengalir ke sana. Makanya sering terjadi cekcok," katanya.
Warga sekitar bendungan resah akibat ulah petani yang berebut air. Pasalnya, keributan terjadi saat malam hari saat warga sementara beristrahat. (*)