Laporan Wartawan Tribun Timur, Fahrizal Syam
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Tribun Nongki digelar di lantai 4 kantor Tribun Timur, Jl Cenderawasih Makassar, Rabu (25/7/2018).
Tema yang diangkat yakni Kembalikan Kejayaan Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema) dan Senat Mahasiswa Universitas Hasanuddin (SMUH).
Beberapa senior, alumni, hingga mahasiswa Universitas Hasanuddin (Unhas) hadir pada diskusi itu.
Antara lain Ketua Fraksi Golkar DPRD Sulsel, Yakin Padjalangi, Ketua DPD Partai Demokrat Ni'matullah, Wakil Wali Kota Makassar Syamsu Rizal, Wakil Rektor III Unhas Prof Arsunan Arsin.
Hadir juga Isradi Zaenal, Ramli Rahim, Luhur A Prianto, Asmin Ibrahim, Irfan AB, dan wartawan senior Dahlan Abubakar.
Baca: Tribun Nongki Bahas Kembalikan Kejayaan Dema Unhas dan SMUH
Wakil Wali Kota Makassar Syamsu Rizal yang berbicara pertama mengatakan, saat ini Unhas sebagai kampus terbesar di Indonesia Timur memang tak memiliki lagi lembaga kemahasiswaan selama bertahun-tahun.
Namun pada periode kevakuman itu, ia sempat terlibat meski tidak diakui.
"Saya dalam kapasitas sebagai mantan aktivis. Yang saya paham, di era '98 dan sebelumnya, memang ada missing link karena tak pernah diakui, tapi dari situ, kami harus menjadi pemain tingkat nasional, karena berkali-kali dipanggil di nasional. Kami bergantian jaman itu, saya kebetulan ketua senat di Sospol," kata Deng Ical.
Ia mengatakan, di masa peralihan itu, banyak nilai-nilai yang masuk di kampus, terutama inklusi dari beberapa kepentingan poltik praktis dan ide-ide di luar.
"Ternyata sebelum 98 itu ada kepentingan-kepentingan strategis yang digunakan kampus sebagai salah satu pion utamanya, yaitu NGO dan organisasi kekirian dalam tanda kutip," ungkapnya.
"Itulah salah satu yang mengisi ruang kosong yang ditinggalkan oleh organisasi kemahasiswaan, seperti MPM, dan lain-lain, dan itu semua luar biasa mewarnai kebijakan kampus," tuturnya.
Lanjut Deng Ical mengatakan, ia selalu percaya bahwa setiap jaman ada orangnya dan setiap orang ada jamannya, dan di situlah warnanya.
Baca: Tes Wawancara, Calon Maba Kedokteran Unhas Jalur JNS dan POSK Hadapi Tiga Orang Ini
"Saya tak berani menyimpulkan bahwa organisasi kampus yang direstui pemerintah adalah yang terbaik, tapi faktanya jaman itu mampu melahirkan banyak orang, jadi leader," ucap dia.
"Ini menurut saya adalah bagian dari proses pengkaderan yang disetujui atau tidak disukai oleh pemerintah sekalipun juga, mahasiswa mencari sendiri bentuknya. Mahasiswa mencari solusinya untuk berinteraksi dengan baik, mengasah kemampuannya," tutur Deng Ical menambahkan.
"Jangan menjudge satu jaman tertentu lebih baik dari jaman lainnya, karena memang tantangannya berbeda. Bahkan di masa kekosongan, banyak orang dari kampus yang bisa muncul dan eksis."(*)