HEBOH! Foto Mohamed Salah Bareng Eks Panglima Pemberontak Ramai Di Dunia Maya

Editor: Mansur AM
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mohammed Salah bersama Presiden Republik Chechnya, Ramzan Kadyrov. Foto keakraban ini jadi prokontra di dunia maya.

TRIBUN-TIMUR.COM - Mohamed Salah, striker Timnas Mesir jadi salah satu trending menjelang laga perdana Mesir menghadapi Uruguay Sabtu (15/6/2018) malam.

Salah dikabarkan sudah fit dari cedrea dislokasi bahu dan siap tampil. 

Namun kali ini bukan soal performa Salah di atas lapangan hijau yang membuat netizen ribut.

Baca: Russia Vs Arab Saudi - Cuplikan Gol Tuan Rumah Menang Besar, Eks Madrid Cetak 2 Gol

Baca: Ucapan Taqabbalallahu Minna Wa Minkum, Ini Kalimat Balasannya Sesuai Tuntunan Hadis

Baca: Imam Shalat Idul Fitri di Karebosi Lupa 7 Kali Takbir saat Rakaat Pertama? Begini Kata Jamaah

Pemain bintang Liverpool yang jadi andalan Timnas Mesir itu sudah memicu kontroversi, terutama di dunia maya.

Adalah foto Mohamed Salah saat berkeliling di Stadion Akhmat Arena stadium, Grozny, Chechnya, yang memicu keriuhan di media sosial.

Sejumlah aktivis HAM, bahkan juga mengecam Salah.

Di stadion itu, Salah berfoto bersama Presiden Chechnya, Ramzan Kadyrov.

Ramzan Kadyrov merupakan tokoh penting di sejarah Perang Chechnya.

Ia sebelumnya dikenal sebagai pimpinan tertinggi pasukan pemberontak Chechnya.

Yang membuat Salah dikecam, Kadyrov hingga kini banyak dituding melakukan kejahatan perang.

Dikutip dari Daily Express, Kadyrov diyakini terlibat dalam sejumlah pembunuhan dan penyiksaan demi perebutan pucuk pimpinan di Chechnya.

Wikipedia juga menulis, Kadyrov diyakini telah mengumpulkan kekayaan yang didapatnya dari pemerasan bayaran dan dari penjualan minyak Chechnya secara tidak sah.

Suara-suara miring pun bermunculan, mengomentari foto Salah bersama Kadyrov.

"Kadyrov mencoba memanfaatkan Chechnya sebagai markas tim (Mesir) untuk meningkatkan pencitraannya sendiri,"

“Dia bersenang-senang meski dalam sorotan. Dia tak diragukan punya kendali kejam pada Chechnya,"

"Dia telah berusaha menghapus segala bentuk advokasi politik atau kerja hak asasi manusia," kata Rachel Denber, wakil direktur Human Rights Watch untuk Eropa dan Asia Tengah.

Halaman
123

Berita Terkini