Klakson

Ambisi

Editor: Jumadi Mappanganro
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Abdul Karim

Ketentuan tak dipertuan. Yang diluar ketentuan jadi tindakan. Mengapa? Agar cepat tiba dipuncak sana, agar lekas beroleh perwujudan ambisi.

Menggelikan dan murung keadaan itu. Sebab kita seakan-akan dibawa untuk menyaksikan sebuah dunia dimana kebaikan dan kebenaran tak akan pernah terjadi.

Kita seolah disodorkan sebuah cakrawala luas membentang tentang ambisi yang tak memberi tempat bagi norma, etika, nilai, dan ketentuan yang sejak awal disepakati.

Sampai kapan? Mungkin sampai akhirnya kita tak berdaya, sampai saatnya kita musnah—seraya teriak: “kita hancur”.

Bahkan dengan ambisi itu kalimat-kalimat kitab suci tak lagi dipeduli. Tuhan telah kita buang sampai jauh lantaran ambisi yang membuncah.

Memang kita sering menyebut asma-Nya. Entah alhamdulillah, entah astagfirullah, entah subhanallah.

Tetapi sebutan itu tiada guna, sebab pada waktu lain kita memerintahkan atau melakukan tindakan buruk untuk mewujudkan ambisi kekuasaan itu dengan cara tak pantas.

Saat ambisi itu terwujud, kita teriak; “terimakasih Tuhan”. Kita lupa, Tuhan tak buta. (*)

Catatan: Tulisan ini telah dimuat di kolom Klakson Rubrik Opini, Tribun Timur edisi print Rabu 10 Januari 2018.

Berita Terkini