Acap kali juga sebagai rambatan tanaman gadung, uwi, atau brotowali.
Bongsor tapi getas
Hanya dengan menancapkan setekan batang atau menyemai bijinya yang sudah tua, akan tumbuh tanaman baru. Kelor tergolong cepat besar alias bongsor.
Dalam tempo sepuluh bulan, biji yang disemai bisa berkembang menjadi pohon kelor setinggi 3 m. Kalau ia dibiarkan bisa mencapai 8 - 12 m.
Sayangnya tanaman ini berbatang lunak dan getas.
Sering pula dijumpai batang pohon kelor keropos karena digerogoti larva serangga yang bersarang di dalamnya.
Getah yang keluar dari batang pohon yang digerogoti serangga mula-mula berwarna putih, lalu berubah kecokelatan setelah terkena udara.
Umurenam bulan, tanaman kelor sudah mulai belajar berbunga, sebelum berlanjut menjadi buah.
Malai bunganya sepanjang 10- 30 cm, berwarna putih kekuningan.
Tidak seperti tanaman lain, bunga kelor bisa muncul sepanjang tahun, nyaris tidak mengenal musim.
Bunga yang tidak telanjur rontok oleh angin atau hujan akan terus berkembang menjadi buah.
Buahnya yang mirip kacang polong, oleh sebagian masyarakat Jawa disebut klenthang, memiliki panjang 20 – 45 cm.
Di balik kulit buah yang keras, setiap polong buah kelor menyimpan 10-15 butir biji kelor. Berat setiap biji tanpa kulit ari rata-rata 2,5 g.
Daunnya berupa daun majemuk. Setiap tangkai daun sepanjang antara 20 - 60 cm terdapat sirip-sirip daun yang terdiri atas 8-10 pasang anak daun.
Anehnya masing-masing anak daun juga punya tangkai. Setiap lembar daun kelor berukuran kecil, panjang 1 - 3 cm.