Hari Pahlawan Nasional

Lima Putra Datu Luwu Hadiri Ritual Accera Laleng di Jl Andi Djemma

Penulis: Thamzil Thahir
Editor: Anita Kusuma Wardana
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Lima putra cucu mendiang Datu Luwu, Andi Djemma (1905-1965) mengikuti ritual accera laleng, di sebuah ruas jalan selatan kota Makassar, Jumat (10/11/2017) siang.

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Lima putra cucu mendiang Datu Luwu, Andi Djemma (1905-1965) mengikuti ritual accera laleng, di sebuah ruas jalan selatan kota Makassar, Jumat (10/11/2017) siang.

Ritual adat tolak bala dan permohanan berkah ini hanya berselang sehari setelah pemerintah Kota Makassar, meresmikan penggunaan nama Datu Luwu sebagai identitas jalan di Jl Landak Baru ini, bertepatan peringatan Hari Pahlawan, 10 November.

Lima anak pahlawan nasional itu adalah Andi Mackulau Djemma, Andi Andi Ahmad Djemma, Andi Iskandar Djemma, Andi Nuhung Djemma dan Andi Iwan Bau Alamsyah.

Lima anak Datu terakhir kerajaan besar di tenggara ibu kota provinsi ini juga didampingi belasan anak dan cucu.

“Dari keluarga dekat Kedatuan ada sekitar 100 orang, hadir juga saudara sepupu 5 putra Datu” ujar Andi Aisiyah Lamboge, salah seorang kerabat kedatuan Luwu kepada Tribun.

Sebelum ritual accera laleng, para keluarga juga datang menziarahi makam kakek mereka di Taman Makam Pahlawan, Panaikang, Makassar.

Ziarah itu oleh keluarga Kedatuan Luwu diistilahkan dengan Massampo' Kubburu dan Ziarah Makam, 

Wakil Wali Kota Makassar Dr Syamsu Rizal MI, menghadiri prosesi adat luwu pada peresmian Jalan Andi Jemma, Kamis (10/11). Peresmian tersebut ditandai dengan pemecahan kendi oleh Wawali Makassar yang disaksikan langsung Datu Luwu, Andi Maradang Mackulau.Turut Hadir, Anggota DPR RI, Aliyah Mustika Ilham, Calon Wakil Gubernur Sulsel, Aziz Kahar dan Wakapolda Sulsel, Brigjen Pol Mas Guntur Laupe. tribun timur/muhammad abdiwan ()

Sekitar 12 jam sebelum ritus keluarga itu digelar, sekitar pukul 20.00 wita, keluarga ini menggelar pertemuan terbatas di salah satu rumah putra datu,  di JL Landak Baru Lorong 11, Gunungsari, Rappocini, Makassar.

Andi Djemma adalah salah satu raja di Nusantara yang pertama kali mengakui kedaulatan negara Republik Indonesia Agustus 1945 silam.

Sang Datu pun mendapat tekanan dari kompeni Belanda. 

Karena tekanan yang disebabkan oleh kekuatan yang tidak seimbang, hingga beliau terpaksa meninggalkan istana Luwu, kini masih ada di pusat Kota Palopo, bersama permaisyurinya, memimpin rakyatnya ber GERILYA di dalam wilayah kerajaannya, yang mengakibatkan tertangkapnya ANDI DJEMMA oleh tentara NICA. 

Andi Djemma yang mempunyai lima putera itu baru tertangkap pada 3 Juli 1946 dan diasingkan ke Ternate. Ia akhirnya meninggal di Makassar pada 23 Februari 1965. Paduka dimakamkan dalam upacara kenegaraan.

Atas jasa-jasa beliau ini , sehingga Andi djemma di anugrahibintang kehormatan , lencana “ Bintang Gerilya “ pada tanggal 10 november 1958dengan nomor36.822 yang di tanda tangani langsung oleh Presiden Republik Indonesia Soekarno. 

Luwu setelah kemerdekaan, bergejolak pemberontakan DI/TII yang di pimpin oleh Abdul Kahhar Mudzakkar. Sehingga Sampai Andi Djemma wafat, permintaan beliau kepada Soekarno untuk membentuk Daerah Istimewa Luwu yang telah di setujui tidak pernah kunjung dalam wujud nyata sebagaimana di harapkan Andi djemma dan masyarakat luwu. (*)

Berita Terkini