Sakti dan Pemberian Seorang Kiai, Keberadaan Keris Penolak Bala Jenderal Soedirman Kini Misterius

Editor: Ilham Arsyam
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Jenderal Soedirman

Menurut penuturan Jirah, yang ssat itu usianya 16 tahun yang merupakan anak dari Pak Kedah, salah satu kawan jenderal Soedirman.

Waktu itu Jenderal Soedirman sedang berkunjung ke rumah Pak Kedah. Jirah menguping pembicaraan Jenderal Soedirman dan ayahnya.

Di dalam rumah Pak Kedah nampak laki-laki yang memakai beskap dikelilingi oleh beberapa orang termasuk ayahnya. Laki-laki itu biasa dipanggil Kyai Ine.

Kyai Ine mengeluarkan keris dari balik pinggangnya dan ditaruh dihadapannya.

Tangannya merapat dan mulutnya komat-kamit seakan membaca sesuatu.

Ajaib, keris itu bisa berdiri dengan ujungnya ke tas menghadap langit-langit.

Bersamaan dengan itu, terdengar bunyi pesawat Belanda yang semakin mendekat.

Lalu dimana keris itu sekarang?

Menurut penuturan teguh, keris itu ditinggalkan Soedirman di rumah penduduk.

Beberapa tahun setelah Soedirman meninggal pada 1950, Panglima Kodam V Brawijaya Kolonel Sarbini datang ke rumahnya di Kota Baru, Yogyakarta, ditemani seorang petani.

Sarbini bercerita kepada ibunya, Siti Alfiah, petani itu hendak mengembalikan keris Soedirman.

Oleh keluarga, keris itu dititipkan di Museum Soedirman di Bintaran Timur, Yogyakarta.

Sayangnya menurut Teguh, keris itu kini menghilang entah kemana.

3 jimat

Pasukan Belanda ketetran, mereka tak mampu mengenali wajah Soedirman, bahkan ketika sang jenderal berada di depan mata mareka.

Hal ini membuat seorang prajurit Soedirman heran dan menanyakan jimat sang jederal.

Diluar dugaan Soedirman memberikan jawaban yang mengejutkan.

"Saya punya tiga jimat. Jimat pertama, Saya tidak pernah lepas dari bersuci; kedua, saya selalu shalat tepat waktu; ketiga saya setiap bertindak selalu ikhlas untuk kepentingan rakyat bukan kepentingan pribadi, golongan maupun partai," katanya.

Berita Terkini