Ini 7 Alasan Kenapa Jeneponto Dijuluki Kota Kuda

Penulis: Jumadi Mappanganro
Editor: Jumadi Mappanganro
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pasar Kuda di Jeneponto

KABUPATEN Jeneponto dan kuda agaknya sudah identik. Karena keidentikan itulah kabupaten yang memiliki luas wilayah sekira 750 km persegi ini juga dijuluki Kota Kuda.

Berikut 7 alasan yang menguatkan julukan tersebut.

1. Masyarakat Jeneponto dikenal gemar makan daging kuda.

Makanya pada setiap pesta pernikahan atau acara syukuran di daerah ini, umumnya si pemilik hajatan menyediakan daging kuda sebagai menu andalan untuk para tamu.

Terutama gantala, makanan khas Jeneponto yang terbuat dari daging kuda.

Kata sebagian orang Jeneponto, pesta tanpa daging kuda di daerah ini belum lengkap. Ibarat sayur tanpa bumbu.

Ashari Setiawan alias Kama Cappi bersama anaknya melintas menggunakan kuda di Jl Jend Sudirman, Makassar, Minggu (16/7/2017). TRIBUN TIMUR/SANOVRA JR (Sanovra JR/Tribun Timur)

2. Di Jeneponto, tidak susah menemukan warung coto atau rumah makan yang menyediakan makanan olahan dari daging kuda.

3. Para pedagang coto kuda yang berjualan di Kota Makassar dan daerah-daerah lainnya di Sulawesi Selatan umumnya berasal dari Jeneponto.

4. Tak sedikit warga di Jeneponto masih memelihara kuda di rumahnya. Ada yang memilihara untuk diternak.

Sebagian lainnya memelihara kuda untuk membantunya bekerja di sawah atau kebun.

Tapi ada juga memelihara kuda sebagai simbol kemapanan. Juga ada yang memeliharanya karena hobi berkuda.

5. Di Jeneponto terdapat Pasar Kuda. Tepatnya di Pasar Tolo', Kelurahan Tolo', Kecamatan Kelara.

Inilah satu-satunya pasar kuda di Provinsi Sulawesi Selatan.

Aktivitas jual beli kuda di pasar ini hanya sekali sepekan yakni saban hari Sabtu. Mulai pagi hingga sore. Ratusan kuda bisa dijumpai di pasar ini.

Suasana di Pasar Kuda, Tolo, Kabupaten Jeneponto ()

Harganya bervariasi. Tergantung ukuran dan beratnya. Harga mulai Rp 3,5 juta per ekor hingga belasan juta seekor.

Halaman
12

Berita Terkini