Saat Launching, hadir narasumber, dari Direktur Penerbit Obor Indonesia, Kartini Nurdin, Budayawan, Dr. Mukhlis Panae, dan Sastrawan Sulsel, Faisal Oddang.
"Masa saya lagi yang menulis buku La Galigo, harus ada proses regenerasi ini karena sekarang publik juga bisa baca dari website La Galigo," ujar Nurhayati.
Ide Nurhayati untuk digitalisasi kitab La Galigo, harus berkabar ke Jusuf Kalla dan Tanri Abeng.
Agar 12 jilid tersebut bisa dibaca oleh publik Internasional.
Setelah melewati proses koodinasi ke Jusuf Kalla dan Tenri Abeng, Nurhayati lalu ke Leiden Belanda. Namun, catatan harus digitalisasi itu jangan disimpan.
"Syaratnya Unesco, kitab La Galigo harus bisa diakses di seluruh dunia, akhirnya disetujui oleh Unesco dan alhamdulillah sekarang sudah diakses," ungkapnya.
Nurhayati tambahkan, saat ini pemuda bisa membaca La Galigo pengkap juga dengan terjemahannya di Website atau juga di tiga buku tersebut.