TRIBUN-TIMUR.COM - Gerakan pendukung Dimas Kanjeng Taat Pribadi untuk menggaet pengikut di Sulsel terbilang terstruktur dan massif.
Penelusuran Tribun, Kamis (6/10), selain dikomandoi koordinator kabupaten/kota, juga ada komandan-komandan yang disebut koordinator kecil yang bertugas merekrut dan mengamankan pengikut.
Beragam cara dilakukan para koordinator kecil untuk merekrut pengikut, salah satunya dengan iming-iming umrah berjamaah.
Jika ada orang yang sudah dibidik untuk ikut, maka para koordinator kecil melobi tetangga sekitar rumah orang itu untuk membantu. Para tetangga inilah yang dijanji akan diumrahkan
Di Makassar, warga Kompleks KNPI, Daya, Makassar, dihebohkan oleh kemunculan istri Tadjuddin Ranreng, Kamis (6/10) pagi.
Wanita paruh baya itu tiba-tiba terlihat oleh tetangganya bersama tiga anaknya setelah tiga tahun menghilang.Sejak 2013 lalu, Tajuddin memboyong istri dan anak-anaknya ke Padepokan Kanjeng, Probolinggo, Jawa Timur.
“Istri dan anak-anaknyaji yang tiba-tiba muncul. Pak Tajuddin tidak ada,” kata tetangga Tajuddin, Hasyim.
Menurutnya, sejak Dimas ditangkap, warga tiap hari membicarakan Tajuddin di Masjid Nur Nabawi, Jl Berua 2, Daya.
Tajuddin adalah Ketua I Pengurus Yayasan Keraton Kesultanan Sri Raja Prabu Raja Sanagara. Namanya tertera di bawah Marwah Daud Ibrahim.
Janji Umrah
Kurir Kanjeng di Kecamatan Gantarang, Bulukumba, AB (50), mengaku banyak menggaet pengikut lewat janji umrah.
“Dijanji jika uang berlipat ganda berhasil cair maka saya akan mengajak tetangganya naik umrah,” katanya.
Jika uang yang disetor Rp 40 juta, akan kembali berlipat-lipat hingga lebih Rp 1 miliar. Menantu AB, Beddullahi, mengaku sempat tergiur pergi umrah cuma-cuma.
"Mertua saya sudah mengajak tetangganya untuk sama-sama naik umrah jika berkah uang yang ditabung ke Dimas Kanjeng cair. Dia bilang Insya Allah Nak sama-samaki naik umrah dan tetangga kita juga, nanti saya tanggung semua biayanya," jelas Beddullahi.
AB menjadi kurir Kanjeng di Bulukumba sejak 2013. Dia direkrut oleh jaringan Naswil dan Hasyim di Batukaropa, Kecamatan Rilau Ale.
Beddullahi mengaku awalnya tak sreg dengan aktivitas mertuanya. Tapi karena tak mau berselisih dengan ayah istrinya, Beddullahi memilih diam.
" Dari awal kami anak-anaknya sudah tak percaya soal itu. Cuma dia tak mau dinasihati. Dan tetap meyakini ada berkah dari Dimas Kanjeng," kata Beddullahi.
Hingga September lalu, AB masih aktif melakukan pertemuan dengan santri Kanjeng di Bulukumba. Bahkan hingga Dimas ditangkap, AB masih bersikukuh dan tetap yakin akan janji Auang berkah dari Kanjeng.
"Dia malah-marahi kami kalau diberitahu kalau bosnya sudah ditangkap," ujar Beddullahi.
Tinggalkan SuamiTerpisah, Kepala Desa Bontobulaeng Kecamatan Bulukumpa, Aplus, mengungkapkan, ada empat warganya yang menjadi korban Dimas, satu diantaranya dia sebut koordinator kecil di kecamatan tersebut, Nani (40).
Nani juga masuk dalam jejaring Hasyim di Desa Batukaropa.
" Ibu Nani ini sudah tak pernah pulang. Dia terakhir pulang ke sini tahun lalu. Itu pun pergi jual mobil Kijangnya dan kebun cengkeh baru pergi lagi ke Surabaya," kata Aplus.
Sejak kepergiannya tak lagi kembali dalam tahun ini.
Bahkan kata Aplus bahwa Nani tak melihat suaminya meninggal dunia bernama Andi Sadar.
Sedang tiga keluarga Nani ikut menjadi korban dan sampai saat ini masih menetap di Desa Bontobulaeng, Yuli, Yusuf, dan Indar.