TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR-Berawal dari kesukaannya bermain slime yang lagi nge-tren di kalangan anak-anak, Ayesha Naura Syakira, murid kelas IV SDN Unggulan Toddopuli Makassar merintis usaha slime.
Slime adalah material bertekstur kenyal menggumpal dan lengket. Slime biasanya digunakan sebagai mainan anak untuk dieksplorasi dalam hal ragam bentuk atau warna.
Awal ia mulai membuat slime karena terdorong oleh rasa kecewa dengan slime yang ia beli dipenjual eceran yang mangkal depan sekolahnya dengan harga Rp 5000 namun berbau busuk dan cepat mengeras, Ayesha pun mencoba membuat slime sendiri.
Dia mencoba membuat slime dengan melihat cara membuatnya melalui YouTube.
"Saya buat slime pakai lem, lulur, sabun cair, dan air hangat. Makanya, hasilnya tidak bau dan tahan lama. Untuk warnanya saya pakai pewarna makanan supaya aman," kata Ayesha, Senin (15/8/2016).
Awalnya, ia membuat slime untuk ia mainkan sendiri. Namun, teman-temannya di sekolah juga tertarik dengan slime buatan Ayesha.
Akhirnya, dengan bermodalkan Rp 10 ribu, ia membuat slime produksinya sendiri untuk dijual. Dari uang tersebut, ia bisa menghasilkan lima cup.
Ia pun menjualnya seharga Rp 4000 per cup, lebih baik murah dibanding penjual yang sering mangkal dengan sekolahnya.
Slime buatannya semakin diminati teman-teman di sekolahnya, ia pun membuat slime lebih banyak dengan warna yang beragam.
"Modal Rp 100 ribu, saya bisa buat 72 cup slime kemudian saya titipkan di ibu kantin sekolah. Kalau pagi dititip, pulang sekolah pasti sudah habis," kata Ayehsa yang masih berusia 9 tahun ini.
Kini, Ayesha meraup untung hingga ratusan ribu setiap harinya. Jualan Ayesha selalu habis. Jika ia menjual 72 cup slime ia mendapatkan Rp 288 ribu.
"Sebagian uang hasil penjualan ia tabung dan sebagiannya ia pakai membeli bahan slime lagi. Sebagian juga untuk ibu kantin yang menjualkan,"ujarnya.(*)