Inilah Husain Abdullah

Penulis: AS Kambie
Editor: AS Kambie
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Juru bicara Jusuf Kalla, Husain Abdullah

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Juru Bicara (Jubir) Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla, Husain Abdullah, menjadi perbincangan lagi di media sosial, Senin (25/7/2016). Seharian, kiprah Uceng, sapaan dosen Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Hasanuddin (Unhas) jadi topik perbincangan sahabat dan aktivis di facebook dan sejumlah Group WhatsApp.

Uceng menghangat di medsos dipicu oleh postingan sang sahabat di akun Facebook, Tomi Lebang. Mantan jurnalis ini menulis Husain Abdullah, Cerita Seorang Kawan. Diposting sekitar pukul 14.00 wita, Senin (25/7/2016).

Berikut kutipannya:
Tak banyak orang yang mencintai kotanya begitu rupa, sebagaimana cinta Husain Abdullah kepada Kota Makassar. Ia dikenal di setiap sudut kota, dari pendukung sepakbola sampai komunitas warung kopi.

Datanglah ke satu warung kopi di kota ini -- Phoenam, Papa Ong, Azzahra, Dottoro’, Daeng Anas, dll -- pemilik, peracik minuman, juga para pengunjung setia umumnya mengenal Uceng, panggilan Husain Abdullah. Mungkin saja jawabannya seragam: “Kemarin ada di sini” atau “Tunggu mi, tak lama lagi dia datang”. Sedari dulu sampai sekarang, semenjak masih tinggal di Makassar sampai kini ia berkarir di Jakarta. Akhir pekan kemarin, saya baca sahut-sahutannya dengan kawan-kawan di grup perbincangan WhatsApp, ia ada di Makassar dan sudah memastikan untuk bertemu mereka di tiga kafe dan dua rumah makan ikan bakar sepanjang Sabtu dan Minggu.

Pernah, di pertengahan tahun 1990-an, pengusaha Jusuf Kalla bertanya kepada anak-anak muda Makassar: “Siapa orang yang suaranya paling didengar di Sulawesi Selatan?” Jawabannya beragam: gubernur, Kiai Ambo Dalle, Jenderal Jusuf, atau Jusuf Kalla sendiri. Saat itu JK menjawab singkat: “Yang benar, Husain Abdullah.”

Kenapa bisa? Ya, di tahun 1992, Husain Abdullah menjadi koresponden stasiun televisi swasta RCTI dengan siaran beritanya yang terkenal, Seputar Indonesia. Khalayak tentu ingat penyiar-penyiarnya yang berbeda dengan TVRI, seperti Desi Anwar yang membaca berita seraya memaling-malingkan kepala ke kanan seperti hendak melemparkan anak rambutnya, atau suara Helmi Yohanes yang merdu dan rada kemayu.

Lalu kami yang di Sulsel akan menikmati suara khas tetangga: “Husain Abdullah melaporkan dari Makassar”.

Setiap pagi, suara Husain Abdullah terdengar dari televisi. Di jalanan, publik mengenal betul mobilnya berpelat DD 12 RC yang dikemudikannya sendiri. Bagi warga Makassar saat itu, wajah Husain Abdullah nyaris sama tenarnya dengan si ibu pedagang di Pasar Terapung Martapura dengan senyum teduh dan jempolnya yang mengiringi semboyan: “RCTI Oke”.

Saya pun mengenalnya di masa-masa itu. Kami kerap bepergian bersama, meliput peristiwa, mendatangi lokasi-lokasi kejadian yang layak berita. Bukan liputan semata-mata, tapi menyambangi berbagai warung dan kafe: dari rumah makan Paotere, sop ubi kantin balaikota, es teler kuburan Panaikang, dan tentu saja segala warung coto di seantero Makassar.

Husain adalah sebenar-benar kawan. Pernah, saya dan beberapa wartawan, meliput masalah kekisruhan pedagang pasar nun di pelosok Kabupaten Polewali Mamasa (kini Polewali Mandar). Pejabat di kabupaten itu rupanya tak suka, bupatinya marah, dan mengirim orang untuk menguntit para wartawan. Mencium suasana tak enak, seorang kawan mengirim kabar ke Makassar. Husain Abdullah yang mendapat kabar itu tak berpikir lama. Ia menyetir sejauh 300-an kilometer untuk menjemput kami kawan-kawannya kendati setiba di sana sang bupati menampik tangannya saat hendak bersalaman.

Begitulah.
Cerita tentang Husain sesungguhnya begitu banyak, sebanyak jejak kehidupannya di kota Makassar.

Husain Abdullah yang lahir dan besar di kota Parepare, sesungguhnya adalah pengajar Hubungan Internasional di Universitas Hasanuddin. Karirnya tak mulus-mulus benar kendati ia tak pernah absen mengajar mahasiswa. Ia banyak bergaul di luar kampus.

Ia pernah menjadi Manajer PSM, klub sepakbola tua yang punya pendukung fanatik di seantero kota. Sekarang pun saya dengar ia masih mengurusi klub itu.

Di tahun 2009, di penghujung masa jabatannya sebagai wakil presiden mendampingi SBY, Jusuf Kalla mengajak Husain Abdullah untuk mendampinginya sebagai press officer. Husain pun ke Jakarta, mendampingi JK pula saat berkampanye untuk menjadi presiden. JK gagal, tapi Husain tetap bersamanya. Lima tahun JK mengelola kegiatan sosial sebagai Ketua Palang Merah Indonesia dan Ketua Dewan Masjid Indonesia yang jauh dari ingar-bingar politik, Husain selalu di sampingnya.

Karena itulah, ketika JK “kembali” ke pemerintahan sebagai wakil presiden saat ini, Husain Abdullah tak pelak adalah orang pertama yang menyertainya. Ia ditunjuk sebagai staf khusus, menjadi juru bicara. Dan di jabatan itulah kini kita -- rakyat di penjuru negeri -- mengenalnya.

Halaman
12

Berita Terkini