"Kalau pakai EEG, sebenarnya pengendalinya bukan otak (sepenuhnya). Cuma, kita berpikir apa, baru bereaksi.
Kalau dikendalikan otak, mungkin saya sudah sakit kepala. Ini tidak, cuma lelah saja," ujarnya.
Tawan mengaku bahwa banyak orang bisa membuat tangan robot seperti yang dia gunakan.
Oleh karena itu, dia menolak untuk disebut "pintar".
Dia malah menduga bahwa sebagian orang akan menilai hasil karyanya "kuno" alias ketinggalan zaman, apalagi bahan yang digunakannya kebanyakan barang bekas. (Sri Lestari)