Laporan Wartawan Tribun Timur Wa Ode Nurmin
TRIBUN-TIMUR.COM, SUNGGUMINASA- Lagi-lagi mahalnya biaya pengobatan menjadi kendala bagi masyarakat kurang mampu agar bisa merasakan sehat. Hal ini dialami Muh Anshar dan Suraidah atas penyakit yang diderita anaknya, Syakila (2,5).
Biaya pengobatan yang besar membuatnya berhenti membawa putrinya itu untuk dirawat di rumah sakit.
"Waktu saya bawa ke Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Makassar, setelah dirawat di RSUD Syekh Yusuf, kata dokternya dirujuk saja ke RS Wahidin Sudirohusodo. Tapi ketika dengar harga pengobatannya sekali suntik capai Rp 1 juta, saya bilang jangan mi. Nanti saya bawa berobat di kampung saja," kata Nurhaida, Kamis (7/1/2016).
Keluarga yang menetap di Lingkungan Mangalli, Kelurahan Mangalli, Kecamatan Pallangga ini, memang hanya mengandalkan kartu keluarga (KK) selama berobat. Baik di puskesmas hingga rumah sakit.
Akibatnya, Syakila yang yang sudah mengalami kelaian di paru akibat kelenjar cairan di dalam tubuh sejak berumur lima bulan ini tak kunjung sembuh.
"Makanya waktu mau di rujuk di rumah sakit, kata dokter kamar saja gratis. Tapi obat harus tanggung sendiri. Baru sampai Rp 1 juta saya tidak sanggup," kata Nurhaida yang mengaku suaminya hanya bekerja sebagai pengrajin kursi dan tinggal di rumah kontrakan.
Ketua RT 02, Muhammadong yang ditemui mengatakan. jika di daerahnya banyak keluarga kurang mampu namun tidak memeroleh bantuan kesehatan atau kartu kesehatan gratis dari pemerintah.
"Padahal tempat tinggal Syakila hanya berjarak kurang dari 100 meter dari kantor Camat Pallangga," ujarnya.
Camat Pallangga, Kamsinah mengatakan akan mempertanyakan pembagian KIS kepada lurahnya.
"Saya akan memanggil lurah untuk bisa langsung meninjau keluarga itu," ujarnya.