SEMARANG, TRIBUN-TIMUR.COM - Warga Griya Payung Asri tidak menyangka yang tinggal di rumah nomor 68 merupakan pelaku penipuan.
Mereka tidak mengetahui aktivitas di dalam rumah itu meski dua orang istri dari dua orang pelaku sering bersosialisasi dan mengobrol dengan warga.
"Kalau suaminya, ibu-ibu di sini jarang ngobrol, tapi istrinya sering ngobrol. Kalau ada arisan atau pagi-pagi belanja sayur sering ketemu," kata tetangga pelaku yang enggan disebut namanya.
Ketua RT 1 RW 16, Griya Payung Asri, Robert Irianto, mengatakan, para pelaku yang mengontrak rumah milik Kasman itu sangat terbuka dengan warga.
Menurutnya, selama tinggal kurang lebih 10 bulan di rumah itu, para pelaku bermasyarakat dan bergaul dengan tetangga.
"Kerja bakti atau ada pengajian warga ikut juga, bermasyarakat," kata Robert kepada Tribun Jateng (TRIBUNnews.com Network), Jumat (30/10/2015).
Robert menurutkan, saat mereka mengontrak pertama kali para pelaku melapor ke Ketua RT. Dalam laporannya, di rumah kontrakan itu tinggal dua keluarga. "KTP dan KK ada, ada dua keluarga yang mengontrak," katanya.
Ketika itu Robert menanyakan pekerjaan, para pelaku mengaku berbisnis barang bekas yang dikumpulkan di Kota Semarang dan sekitarnya lalu dijual kembali di Sulawesi Selatan.
Menurutnya, para pelaku mengontrak rumah milik Kasman itu senilai Rp 15 juta setiap tahun. Selama tinggal di rumah itu menurut Robert, tidak ada aktivitas mencurigakan dari dalam rumah.
"Bahkan kalau istrinya masak, tetangga sering dikasih sayur atau makanan," katanya.
Pasang 10 Peta
Rumah berlantai dua itu lalu disulap jadi markas operasi mereka. Lantai satu yang terdiri dari dua kamar dan dapur itu dijadikan tempat tidur, sedangkan lantai dua dijadikan tempat bekerja.
Satu kamar di lantai dua dipasang peredam agar suara dari luar tidak bisa masuk. Di kamar inilah para pelaku menerima telepon dari korban yang terjerat jaring kupon undian palsu.
Di dalam kamar itu juga para pelaku memasang 10 lembar peta kabupaten/kota se-Jawa Tengah.
Firdaus mengatakan, peta itu berguna untuk mengetahui nama jalan dan letak mesin ATM serta memonitor pergerakan korban dari rumah menuju mesin ATM.
"Kalau telepon rumahnya di jalan apa, lalu tanya lagi ada ATM paling dekat dimana bisa langsung lihat peta untuk tahu jaraknya. Bisa diperkirakan lama waktu tempuhnya berapa," kata Firdaus, koordinator pelaku penipuan.(*)