Tragedi Aviastar MV7503

Kapolres Luwu: Pesawat Aviastar 2 Kali Tabrakan Sebelum Jatuh

Editor: Edi Sumardi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM - Kapolres Luwu, AKBP Adex Yudiswan menyatakan pesawat Twin Otter milik maskapai penerbangan Aviastar yang jatuh di pegunungan Bajaja, Dusun Buntu Bajaja, Desa Ulusalo, Kecamatan Latimojong, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, mengalami tabrakan dua kali sebelum terbakar saat hilang, Jumat (2/10/2015) lalu.

Hal itu diungkapkan Adex kepada Kapolda Sulsel, Inspektur Jenderal Polisi Pudji Hartanto Iskandar dan Wakil Ketua KNKT, Haryo Satmiko saat penyerahan dokumen di Mapolda Sulsel, Kamis (15/10/2015).

Selain penyerahan dokumen berupa foto dan video kepada tim investigasi KNKT, Adex yang memimpin tim pencari memaparkan kronologi penemuan pesawat berpenumpang 10 orang tersebut dan menjelaskan proses jatuhnya pesawat dengan cara memperlihatkan rekaman kamera drone.

"Berdasarkan serpihan yang kita temukan di lokasi jatuhnya pesawat, pesawat sempat menabrak pohon di sisi bukit lainnya. Ini dibuktikan dengan adanya ranting pohon yang patah dan ditemukan serpihan di bawahnya. Setelah itu, pesawat menabrak puncak sebelahnya kemudian terbakar," kata Adex.

1. Ada Api di Puncak Bukit

Foto yang diklaim sebagai kondisi saat pesawat Twin Otter DHC-6 milik maskapai Aviastatr dan bernomor registrasi PK-BRM saat ditemukan di Desa Ulusalu, Kecamatan Latimojong, Kabupaten Luwu, Provinsi Sulawesi Selatan, Senin (5/10/2015).

Adex menjelaskan proses penemuan pesawat pertama kali berdasarkan informasi warga Dusun Gamaru yang melihat nyala api di puncak bukit.

Titik api ini, jelas terlihat di malam hari setelah kejadian naas tersebut. Informasi inilah yang menjadi dasar tim pencari yang dipimpin Adex.

Perjalanan ke lokasi jatuhnya pesawat tak semudah yang dibayangkan karena butuh dua hari untuk menuju lokasi dengan menyisir puncak Pegunungan Latimojong.

Sementara untuk perjalanan pulang, Adex bersama timnya memotong jalan sehingga hanya membutuhkan waktu enam jam.

"Setelah sampai di lokasi penemuan, kita dokumentasikan gambar lokasi sebelum melakukan evakuasi. Mulai dari posisi jenazah, keadaan puing pesawat dan kondisi sekitar lokasi jatuhnya kebakaran. Kalau jenazah kesepuluh korban berada di sekitar bangkai (pesawat), untuk jenazah pilot, terlempar ke arah depan bersama kursinya," kata Adex.

2.

Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI F Henry Bambang Soelistyo (kiri) bersama puing dan blackbox Aviastar PK-BRM, di posko Dusun Gamaru, Latimojong, Luwu, Sulawesi Selatan Selasa (6/10/2015).

Wakil ketua KNKT, Haryo Satmiko menambahkan dokumentasi dari kepolisian tersebut sangat dibutuhkan dalam proses investigasi yang saat ini sedang berjalan.

Bahkan tim investigasi sudah melakukan proses olah TKP pada 10 Oktober 2015. Dimana lima orang anggota tim turun langsung ke lokasi jatuhnya pesawat.

"Dengan adanya video yang diambil dari kamera drone ini, kita bisa membuat simulasi bagaimana proses sebelum dan setelah jatuhnya pesawat. Black Box sudah kami buka dan jelas semua rekaman antara pilot, kopilot dan ATC, hanya saja kami tak bisa buka sebelum proses final selesai," ungkap Haryo kepada wartawan.

Sedangkan, Kapolda Sulselbar Irjen Polisi Pudji Hartanto Iskandar mengatakan, pihaknya mengapresiasi dan memberikan penghargaan kepada tim pencari Aviastar yang dipimpin Kepala Polres Luwu.

"Kami membuka ruang kepada KNKT jika sewaktu-waktu masih membutuhkan informasi dari kepolisian, termasuk pengamanan TKP yang saat ini didirikan satu pos di kaki Gunung Gamaru," katanya menambahkan.(hendra cipto) 

Berita Terkini