In Memoriam Olga Syahputra

Ini Bisnis yang Ditinggalkan Olga, Restorannya Terpaksa Tutup

Editor: Ilham Mangenre
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Jenazah Olga Syahputra saat dibawa ke pemakaman, Sabtu (28/3/2015)

3. Honor per Segmen

Banyak teman saya bertanya, berapa sebenarnya honor Olga. Terus terang, tak ada "angka pasti" untuk honor Olga, tetapi sangat mahal dan saya anggap tidak wajar.

Saya katakan tidak wajar, karena parameter tinggi-rendah harga seorang host atau talent adalah jam terbang dan kualitas. Baiklah kalo jam terbang Olga sudah ribuan kali nge-host, bagaimana dengan kualitas?

Tentu kebanyakan dari Anda tahu, Olga kerap mendapat kritikan dari para penonton maupun teguran dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), karena ucapannya sangat kasar, kerap melecehkan, dan tidak memiliki sopan santun.

Meski kerap mendapat kritikan, bahkan dihujat, pengelola stasiun televisi tutup kuping. Mereka tidak ingin aset berharga, yang bisa menjadi pendongkak rating-share dan sumber uang, di-PHK dari acara. Stasiun-stasiun televisi cukup minta maaf dan persoalan dianggap selesai. Mudah kan?

Aset harus dijaga, terlebih lagi pemilik stasiun televisi sudah berinvestasi besar-besarnya untuk menjaga aset ini. Puluhan juta dikeluarkan demi Olga.

Ibaratnya, Olga bagai Raja yang berjalan di atas karpet merah. Ada singgasana dan sejumlah orang yang siap membuatnya nyaman duduk di situ.

Hebatnya lagi, sudah diperlakukan bak Raja, honornya pun "selangit"!

Tahukah Anda honor Olga di Yuk Keep Smile (YKS) per episode? Di atas seratus juta perak! Angka ini jelas fantastis dibanding honor Nikita Willy yang menjadi bintang sinetron bertarif mahal.

Jelas, kerja sebagai bintang sinetron jauh lebih keras, ketimbang menjadi talent di YKS.

Untuk mendapatkan honor 50 juta perak per episode di sinetron, Nikita Willy harus shooting beberapa hari, sementara YKS cukup live selama 4 jam.

Meski mendapatkan honor "selangit", Olga masih bebas berkeliaran di stasiun televisi lain. Maklumlah, Olga tidak bisa dikontrak eksklusif di satu stasiun televisi. Komitmen Olga di stasiun televisi adalah, asal jam tayang tidak head to head (baca: bentrok di jam yang sama muncul acara yang memakai Olga), Olga bebas mengambil rezeki di televisi lain. Tak heran pagi Olga ada di Dahsyat, sore di Pesbukers, dan malam muncul di YKS. Cukup tiga acara rutin, tetapi ia jadi milioner.

Edannya, ada satu acara, dimana Olga dibayar per segmen. Artinya, ia tidak muncul di tiap segmen, tetapi hanya satu atau dua segmen saja.

Anda tahu berapa Olga dibayar per segmen? Tigapuluh lima juta perak! Ariel dengan Noah dibayar Rp 70 juta di HUT Trans TV ke-12.

Mantan pacar Luna Maya ini sampai berkeringat-keringat menyanyikan empat lagi dan harus membagi 70 juta perak dengan rekan-rekan band dan manajemennya, sementara Olga cukup main 2 segmen saja.

4. Last Minute Briefing

Jadwal Olga yang padat membuat dirinya seringkali datang last minute. Semua Produser di stasiun televisi nasional yang pernah memakai Olga sebagai talent tahu, jangan harap punya waktu duduk satu jam dengan Olga, sebelum live atau taping untuk briefing all crew.

Sekadar info, dalam sebuah produksi, sebelum live atau taping, produser akan mengumpulkan all crew dan talent untuk melakukan briefing.

Tujuan briefing adalah untuk memaparkan kembali rundown yang sudah dibuat oleh tim kreatif. Produser akan membacakan urutan rundown dari segmen 1 sampai segmen akhir.

Dengan begitu, talent mengerti kapan in-frame (masuk ke set), kapan out frame (keluar dari set). In frame dari set sebelah kanan atau kiri, maupun sebaliknya out frame-nya dari set sebelah mana.

Dalam briefing, semua saling berkerkoordinasi. Tak cuma kreatif yang dibahas, teknis pun dibahas tuntas dan detail oleh Program Director (PD).

Bayangkan kalo cameraman tidak tahu di segmen mana talent masuk (in frame) ke set, lalu di set sebelah mana talent out frame, maka PD sulit untuk mendapatkan gambar tersebut.

Nah, jangan harap, Olga ikut serta dalam suasana briefing seperti ini. Barangkali dahulu kala, ia pernah melakukan kebiasaan sebelum live atau taping seperti ini, tetapi sekarang sudah jarang, bahkan tidak sama sekali.

Menurut teman-teman saya, briefing ke Olga selalu last minute. Barangkali karena Olga kerap tampil spontan, Produser via tim kreatif cukup memberitahu Olga berperan sebagai apa dan masuk di segmen berapa. Sisanya, Olga akan melakukan spontanitas sendiri. Kebiasaan spontan itulah yang membuat ucapan-ucapan Olga sulit dikendalikan dan kerap mendapatkan teguran KPI.

Nah, melihat sekelumit fakta tentang Olga Syahputra di atas, sebagian besar Anda setuju, bahwa Olga benar-benar sebuah fenomena dalam televisi.

Apakah fenomena yang saya maksud ini Anda masukan ke dalam kategori 'fenomena positif' atau 'fenomena negatif'.

Berkat Olga, sejumlah pemilik stasiun televisi bisa tunduk pada pria "kemayu" ini dan berinvestasi ratusan juta untuk menjadikan Olga sebagai aset berharga. Jadi, selama AC Nielsen memberikan rating-share besar di acara-acara yang ada Olga, jangan harap teguran-teguran KPI bisa membuat kapok para pemilik stasiun televisi untuk menjadikan Olga talent di acara mereka.***"(Tabloidnova/kompasiana.com)

Berita Terkini