Unhas
Pembentukan BEM Unhas Dibahas Tengah Malam
Pembicara utama yaitu Wakil Rektor Unhas Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Prof drg Muhammad Ruslin.
TRIBUN-TIMUR.COM - mantan aktivis Unhas dari masa ke masa dan sejumlah pimpinan perguruan tinggi negeri memadati Cafe Aspirasi, Jalan AP Pettarani, Makassar, Sabtu (23/8/2025) malam hingga Minggu dini hari.
Mereka berkumpul untuk mendiskusikan kondisi kelembagaan mahasiswa.
Topik pembahasan: Quo Vadis BEM Unhas.
Tiga pembicara utama, yaitu Wakil Rektor Unhas Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Prof drg Muhammad Ruslin.
Mantan Wakil Rektor Unhas Bidang Kemahasiswaan Prof drg A Arsunan Arsin dan Wakil Ketua Umum Senat Mahasiswa Unhas (SMUH) 1990-an Nimatullah Rahim Bone.
“Diskusi ini antara senior dan yunior. Bukan antara dosen dan mahasiswa. Bukan antara mahaguru dan murid. Semua yang hadir di sini adalah kakak dan adik, senior yunior,” kata moderator diskusi, AS Kambie, sebelum memanggil para narasumber ke panggung.
Baca juga: Apapun Namanya BEM Unhas Perlu Segera Terbentuk, Sebelumnya SMUH 13 Tahun Didiskusikan
Hadir juga Direktur Kemahasiswaan Unhas Abdullah Sanusi dan Guru Besar FK Unhas Prof dr Marhaen Hardjo.
Duduk di kursi terdepan senior kawakan dan pelaku SMUH, seperti Salahuddin Alam Dettiro, Moch Hasymi Ibrahim, Mulawarman, dan Yasidin.
Pemaparan diskusi diawali Prof Muhammad Ruslin.
“Situasi pembentukan BEM tingkat universitas sekarang molor dan memanjang. Adik-adik mahasiswa butuh waktu. Prosesnya sangat dinamis. Saya kira mahasiswa cukup solid. Kami di rektorat hanya memfasilitasi," kata Prof Ruslin.
Meski prosesnya molor dan memanjang, Prof Ruslin optimistis BEM Unhas segera terbentuk. Apapun namanya.
“Saya kira, membangun kejayaan BEM tingkat universitas memang butuh proses. Pimpinan universitas tidak bisa main kayu. Saya percaya pada proses yang dilakukan adik-adik mahasiswa dan saya kira sudah mulai mengerucut. Dalam waktu dekat sepertinya sudah akan ada,” jelas Prof Ruslin.
Prof Arsunan didaulat menyampaikan pikiran setelah Prof Ruslin.
“Wakil rektor bidang kemahasiswaan itu mesti berwajah ganda. Ketika berhadapan dengan rektor, pembantunya mahasiswa. Saat berhadapan dengan mahasiswa, pembantunya rektor. Universitas yang besar harus punya mahasiswa yang ragam. Harus ada yang kutu buku dan kupu-kupu, ada mahasiswa aktivis,” jelas Prof Arsunan.
“Lembaga kemahasiswaan adalah wahana menciptakan dan menumbuhkan dan sarana literasi,” tambahnya.
Pembentukan lembaga kemahasiswaan tingkat universitas di Unhas sudah bertahun-tahun digagas kembali.
Terakhir hal ini didiskusikan di Lantai 5 Gedung Tribun Timur, Jalan Cendrawasih 430, Makassar, 7 tahun lalu, 25 Juli 2018.
“Dulu setelah pertemuan di Tribun Timur, tujuh tahun yang lalu, saya berbisik ke salah seorang pimpinan redaksi Tribun Timur bahwa BEM Unhas akan saya bentuk dan hidupkan. Alhamdulillah terbentuk selama periode saya, dan kembali redup dan mati lagi setelah periode saya berakhir,” kata Arsunan Arsin.
Ketika itu, Prof Arsunan baru saja terpilih Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Unhas.
“Tujuh tahun itu tidak lama. Pernah Unhas 13 tahun tanpa BEM universitas. Dulu, mahasiswa Unhas diskusi 13 tahun baru terbentuk SMUH,” kata Nimatullah Rahim Bone.
Sementara itu, Nimatullah mengurai proses pembentukan SMUH.
Diawali pembentukan dan pengaktifan KLK (Kesatuan Lembaga Kemahasiswaan).
“KLK bertemu sepekan membahas pembentukan lembaga kemahasiswaan, Selalu konsultasi dengan guru besar dan senior-senior,” ujar Nimatullah Rahim Bone.
Setelah sepakat membentuk lembaga kemahasiswaan tingkat universitas, mereka menamainya SMUH.
“Formatnya bertolak belakang jauh yang diatur kemendiknas waktu itu. SMUH membentuk bidang-bidang, hingga bidang aspirasi,” kata Nimatullah Rahim Bone.
Menurutnya, pengurus SMUH bersifat elitis karena perwakilan pimpinan BEM Fakultas.
Syarat menjadi pengurus SMUH, pernah ketua atau pengurus senat di fakultas.
Menurut Kak Ulla, sapaan Nimatullah, pengurus SMUH tidak pernah lebih dari 30 orang, yang dipimpin Ketua SMUH dan Wakil Ketua Bidang Eksternal SMUH.
“Dorong saja terus proses pembentukan BEM Unhas atau apalah namanya nanti. Pada akhirnya yang tidak mau tinggalkan saja. Jangan pernah berpikir aktivis itu akan banyak.
Aktivis selalu minoritas. Dari dulu kelompok perubah selalu dari kelompok sedikit,” jelas Nimatullah Rahim Bone.
Diskusi diakhiri dengan pembacaan kesimpulan oleh Kamaruddin Azis Daeng Nuntung.
Teliti Islam Berkemajuan dalam Praktik Sosial Muhammadiyah, Dosen Unismuh Raih Gelar Doktor di Unhas |
![]() |
---|
Antisipasi Krisis Air Bersih: Sinergi Pemerintah dan Masyarakat Harga Mati |
![]() |
---|
Daftar Nama Rektor Unhas dari Masa ke Masa, Kampus Merah Kini Cari Pemimpin Baru |
![]() |
---|
Sosok Prof Elly Sjattar Dekan Baru Fakultas Keperawatan Unhas, Alumni UI |
![]() |
---|
Daftar Nama 42 Pejabat Baru Unhas Dilantik Rektor Prof Jamaluddin Jompa, 6 Profesor |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.