Aswar Hasan Wafat
Prof Muin Fahmal: Tulisan Aswar Hasan Selalu Saya Kliping
Prof Muin Fahmal mengenang sosok Aswar Hasan sebagai pribadi yang penuh keteladanan, baik dalam pemikiran maupun dakwah.
Penulis: Renaldi Cahyadi | Editor: Alfian
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR – Kepergian Dr Aswar Hasan meninggalkan kesedihan di berbagai kalangan akademisi.
Aswar Hasan adalah Ustaz sekaligus Dosen Ilmu Komunikasi FISIP Unhas.
Dirinya berpulang ke rahmatullah pada pukul 20.21 WITA di RS Primaya, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu malam (13/8/2025).
Kepergiannya meninggalkan luka tertutama untuk, Kepala Pusat Kajian dan Advokasi Bantuan Hukum (PKABH) UMI, Prof Muin Fahmal.
Prof Muin, mengenang sosok Aswar Hasan sebagai pribadi yang penuh keteladanan, baik dalam pemikiran maupun dakwah.
Kenangan itu disampaikan Prof Muin saat kegiatan Dialog Forum Dosen : Mengenang Almarhum Dr Aswan Hasan di Kantor Redaksi tribun Timur, Kota Makassar, Selasa (19/8/2025).
“Ketika saya tahu Pak Aswar berpulang, saya hanya bisa berkata mudah-mudahan berlaku patah tumbuh hilang berganti," katanya.
Ia mengaku memiliki ikatan khusus dengan almarhum, bahkan sampai mengkliping setiap tulisan yang ditorehkan Aswar Hasan di media.
"Karena perasaan saya saat itu seperti kehilangan besar, sebab tidak banyak orang yang bisa menulis seperti beliau," ujarnya.
Baca juga: Iqbal Sultan: Aswar Hasan, dari Dosen hingga Dipercaya Jadi Wali Nikah

"Semua tulisannya saya kliping, dan kalau dibaca terasa sangat cair. Kita tidak bisa berhenti sebelum selesai,” tambah dia.
Prof Muin mengaku pertama kali mengenal Aswar bukan sebagai akademisi, melainkan sebagai mubalig.
Baginya, Aswar Hasan adalah salah satu mubalig kondang yang mampu menyentuh hati jamaah.
"Itu kesan awal saya sebelum kemudian mengenalnya sebagai akademisi,” tuturnya.
Ia juga mengisahkan sebuah momen yang membekas saat terjadi ledakan bom di Sudiang.
Kala itu, Muin memilih tidak hadir di lokasi acara karena ada kegiatan lain di kampus UMI.
“Setelah kejadian itu, Pak Hasan memeluk saya sambil berkata, ‘untung kamu bandel tidak ikut, karena kalau kamu ikut pasti saya akan beristirahat di tempat bom itu meledak',” ungkapnya.
Hubungan personal keduanya semakin dekat setelah Muin mengetahui bahwa Aswar Hasan ternyata masih memiliki hubungan keluarga dengan menantunya.
Dari situ, ia merasa semakin terikat secara emosional dengan sosok almarhum.
“Yang paling terkesan bagi saya, beliau itu keras tapi tidak pernah meledak-ledak. Insyaallah, semua pikiran dan tulisan beliau menjadi amal jariah untuk kita semua,” jelasnya.
Sementara itu, Wakil Dekan Fisip Universitas Hasanuddin (Unhas), Dr Moehammad Iqbal Sultan, bercerita beberapa momentum penting yang sulit dilupakan, mulai dari masa kuliah hingga proses awal pengangkatan Aswar Hasan sebagai dosen di Universitas Hasanuddin.
Menurut Iqbal, kedekatannya dengan Aswar sudah terjalin sejak masa awal kuliah.
Ia masih ingat betul ketika Aswar hendak masuk Resimen Mahasiswa.
"Saya sendiri masuk resimen tahun 1984, sementara Pak Aswar sekitar 1986,” katanya.
Iqbal juga mengingat momen ketika Aswar sempat tertunda menyelesaikan studi S1-nya.
Bersama dua teman lain, ia mencari Aswar agar bisa melanjutkan kuliahnya.
“Saya temukan beliau di PII di Jalan Lompo Battang. Saat itu dia sudah tidak terpikir lagi soal penyelesaian kuliah," ujarnua.
"Saya ajak dan bawa ke Minasaupa, supaya bisa menuntaskan studinya,” tambah dia.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.