Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Apakah Suku Toraja Memiliki Kekerabatan Genetik dengan Orang Vietnam? Kajian Antropologi Ragawi

Safari ini melahirkan kajian menarik yang coba kami tuangkan dalam tulisan berikut ini.

Editor: Sudirman
Ist
OPINI - Eka Erwansyah Wakil Ketua PP Ikatan Ortodontis Indonesia/Staf Pengajar FKG Unhas 

Oleh: Eka Erwansyah

Wakil Ketua PP Ikatan Ortodontis Indonesia/Staf Pengajar FKG Unhas

TRIBUN-TIMUR.COM - Juli 2025, kami dipercaya oleh Ikatan Ortodontis Indonesia untuk melakukan safari dan mengikuti kegiatan World Implant Orthodontic Congress (WIOC) di Vietnam.

Safari ini melahirkan kajian menarik yang coba kami tuangkan dalam tulisan berikut ini.

Selama ini, hubungan kekerabatan antarbangsa atau suku sering ditelusuri lewat bahasa, budaya, atau genetik.

Namun sebagai pengamat yang awam sekalipun, terkadang kita dapat menemukan petunjuk menarik hanya dari mengamati struktur wajah.

Itulah yang saya rasakan saat memperhatikan kemiripan ragawi antara orang Toraja di Sulawesi Selatan dengan orang Vietnam.

Walaupun warna kulit mereka berbeda—Toraja cenderung sawo matang, sedangkan Vietnam putih kekuningan—struktur wajah mereka memperlihatkan kedekatan yang mencolok.

Apakah ini sekadar kebetulan? Ataukah memang ada jejak hubungan genetik dan sejarah migrasi di balik kemiripan tersebut?

Struktur Wajah: Cermin Asal-Usul Genetik

Orang Toraja dikenal memiliki ciri khas wajah seperti tulang pipi tinggi, rahang tegas, hidung lebar pendek, dan mata agak sipit. 

Secara mengejutkan, banyak orang Vietnam—khususnya dari etnis Kinh—memiliki karakteristik wajah yang mirip: tulang pipi menonjol, rahang oval, hidung relatif pendek, dan mata sipit dengan lipatan epikantik. 

Ini berbeda dengan orang Tionghoa daratan, yang struktur wajahnya cenderung lebih datar dan proporsi wajah yang khas Asia Timur.

Struktur wajah adalah warisan genetik yang stabil, berbeda dengan warna kulit yang dapat berubah lebih cepat akibat adaptasi terhadap iklim (khususnya paparan sinar UV). 

Maka, kemiripan struktur wajah seringkali mengindikasikan asal-usul populasi yang sama atau jejak nenek moyang bersama.

Teori Migrasi Austronesia dan Asia Tenggara Daratan

Kajian genetika dan arkeologi menunjukkan bahwa nenek moyang suku-suku di Indonesia Timur, termasuk Toraja, merupakan bagian dari gelombang migrasi Austronesia.

Migrasi ini diperkirakan berasal dari Taiwan atau Tiongkok Selatan, melewati Asia Tenggara daratan (Vietnam, Kamboja, Thailand), kemudian ke Filipina dan Sulawesi, lalu menyebar ke Pasifik.

Di sisi lain, meski populasi Vietnam modern didominasi oleh rumpun Austroasiatik, sebagian kecil populasi mereka juga menyimpan jejak genetik Austronesia, terutama yang tinggal di wilayah pesisir atau dataran tinggi.

Maka, kemungkinan adanya “leluhur bersama” antara orang Toraja dan sebagian orang Vietnam bukanlah hal yang mustahil.

Mereka bisa saja merupakan populasi purba Asia Tenggara yang kemudian berkembang di jalur dan tempat yang berbeda selama ribuan tahun.

Warna Kulit: Adaptasi, Bukan Identitas Genetik Murni

Perbedaan warna kulit antara Toraja dan Vietnam tidak boleh dianggap sebagai bukti ketiadaan hubungan.

Warna kulit berubah lebih cepat karena faktor lingkungan. Populasi yang tinggal di daerah tropis seperti Toraja akan memiliki melanin lebih tinggi, sedangkan mereka yang tinggal di lintang lebih utara seperti Vietnam akan memiliki kulit lebih cerah sebagai adaptasi terhadap paparan UV yang lebih rendah.

Dengan kata lain, warna kulit menyesuaikan diri terhadap iklim, bukan sebagai identitas utama genetik.

Penutup: Kemiripan yang Menyimpan Jejak Sejarah

Pengamatan sederhana terhadap struktur wajah ternyata bisa membuka tabir sejarah panjang migrasi manusia.

Kemiripan antara wajah orang Toraja dan Vietnam kemungkinan besar bukan kebetulan, tetapi refleksi dari jalur genetik yang saling bersinggungan ribuan tahun lalu.

Dalam konteks antropologi ragawi, kemiripan tersebut bisa menjadi indikator adanya kekerabatan jauh, yang menarik ditelusuri lebih lanjut melalui genetika molekuler dan kajian arkeologi.

Di tengah perbedaan budaya dan bahasa yang luas, ternyata wajah masih menyimpan cerita yang belum selesai diceritakan.

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved