Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Hari Sahabat Sedunia

Kisah Persahabatan Setengah Abad Farouk M Betta dan Kawan-kawan

Persahabatan Farouk dengan Kariadi Kadar, Abdul Rahman, Darwin Mingu, Muh Abu Basru dan Muhammad Yasin, bisa awet karena kedekatan emosional.

Penulis: Kaswadi Anwar | Editor: Alfian
Tribun-Timur.com/Kaswadi Anwar
HARI SAHABAT - Mantan Ketua DPRD Makassar, Farouk M Betta bersama lima sahabatnya di Warkop Tualla, Jl Macan, Kecamatan Mamajang, Kota Makassar, Selasa (29/7/2025) sore. Persahabatan terjalin 50 tahun. 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR – Tahukah kamu, ada peringatan Hari Sahabat Sedunia.

International Day of Friendship atau Hari Sahabat Sedunia diperingati setiap tanggal 30 Juli.

Untuk memperingati Hari Sahabat tahun ini yang akan jatuh pada, Rabu (30/7/2025), Tribun Timur berbagi kisah persahabatan yang cukup  unik dari sejumlah figur.

Menjaga persahabatan selama puluhan tahun bukan perkara mudah.

Namun, persahabatan hingga berumur setengah abad mampu dijaga oleh Ketua DPRD Makassar periode 2012-2019, Farouk M Betta.

Tribun-Timur.com berkesempatan menemui Farouk M Betta bersama lima kawan sejawatnya di Warkop Tualla, Jl Macan, Kecamatan Mamajang, Kota Makassar, Selasa (29/7/2025) sore. 

Hadir Kariadi Kadar, Abdul Rahman, Darwis Mingu, Muh Abu Basrun dan Muhammad Yasin.

Mereka menikmati minuman dengan kue tradisional sembari berbincang banyak hal.

Hubungan erat yang terjalin ini di mulai sejak masih di taman kanak-kanak (TK) sekira tahun 1975.

Pertalian ini terjaga hingga sekarang.

“Persahabatan antara kita ini di mulai dari TK 1975, jadi sudah 50 tahun,” ungkapnya.

Farouk mengungkapkan, persahabatan dengan Kariadi Kadar, Abdul Rahman, Darwin Mingu, Muh Abu Basru dan Muhammad Yasin, bisa awet karena kedekatan emosional terbangun.

Baca juga: Medina Kamil Kembali ke Papua, Ziarahi Lokasi Tragedi Hilangnya Sahabat 19 Tahun Silam

Mereka bersama sejak TK, kemudian berlanjut ke SD Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP), SMP PPSP dan SMA PPSP.

Bahkan, ketika masih di bangku SMA sudah belajar demo. Kala itu masa transisi dari SMA PPSP menjadi SMA 11 menjadi isu.

Setelah lulus SMA baru tercerai berai. Lantaran ada kerja, masuk ke perguruan tinggi negeri, perguruan tinggi swasta.  

Namun, itu tak membatasi. Mereka tetap nongkrong bersama.

“Masa-masa emas itu di SMP dan SMA, karena kita bersahabat dengan baik. Kalau namanya Si Paccei,” sebutnya pria berusia 55 tahun ini,

“Kita sama bertanggung jawab, tidak boleh ada susah di antara kita,  kita susah sama, senang kita sama,” tambah dia.

Sementara Darwis Mingu menyebut, rumahnya selalu menjadi tempat berkumpul sejak SMP, tahun 1985.

Lantaran lokasinya tak jauh dari sekolah. Jarang kurang satu kilometer.

Tanpa komunikasi dan tentukan jam, mereka langsung kumpul bersama.

“Tidak ada jam segini kumpul, mereka sudah tahu tempat kumpul,” ucapnya.

Ia membeberkan rumahnya cukup luas untuk kumpul. Ada empat kamar tersedia, halaman luas, teras, ruang belajar, tempat buku dan permainan karambol.

Ketika SMA, mereka membuat grup namanya simbiosa karena ambil jurusan biologi.

“Simbioasa itu hidup saling menguntungkan,” ungkapnya.

Di lain sisi, Kariadi Kadar membeberkan perbedaan persahabatan dulu dan sekarang.

Ia menilai, dulu membina pertemanan dengan semua kelas. Bukan hanya satu kelas.

“Kalau kita berteman satu sekolah, satu angkatan,” tuturnya.

Kadar tak pungkiri persahabatan terjalin 50 tahun ini tak lepas dari perselisihan.

Namun, setiap masalah segera diatasi secepatnya.

“Setiap pertemanan ada perselisihan, tapi perselisihan itu teredam. Kita mencari akar masalahnya,” ucapnya. (*)

 

 

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved