Opini
Musabaqah Qiraatil Kutub dan Peradaban Iqra
Kegiatan ini akan dilaksanakan si Pondok Pesantren As’adiyah Sengkang Kabupaten Wajo pada tanggal 1 hingga 7 oktober 2025.
0leh : A. RAHMAN
Ketua PKC Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia PMII Sulawesi Selatan Periode 2005-2007
TRIBUN-TIMUR.COM - Musabaqah Qira’atil Kutub Nasional (MQKN) merupakan ajang kompetisi membaca, memahami, mendalami kitab kuning yang diselenggarakan secara nasional diikuti para santri utusan seluruh provinsi di Indonesia.
Kegiatan ini akan dilaksanakan si Pondok Pesantren As’adiyah Sengkang Kabupaten Wajo pada tanggal 1 hingga 7 oktober 2025.
Pondok Pesantren As’adiyah didirikan oleh Al Allamah Al-Hafizh Anre Gurutta KH. Muhammad As’ad pada tahun 1930 menjadi perhatian utama bagi seluruh santri khususnya peserta MQKN pada tahun ini.
Pondok pesantren tertua dan terbesar di kawasan Indonesia timur ini sejak berdirinya hingga kini senantiasa eksis mengajarkan ilmu agama dan menjadikan kitab kuning yang ditulis oleh para Ulama terkemuka sebagai referensi utama bagi para santrinya.
Khasanah ilmu keagamaan menjadi barometer kepemimpinan di Pondok kebanggaan masyarakat Sulawesi Selatan ini akhirnya melahirkan begitu banyak ulama yang mengabdi baik di Pondok pesantren ini sendiri maupun di berbagai daerah di nusantara bahkan ke luar negeri.
Musabaqah qiraatil kutub Nasional tahun 2025 menjadi titik tolak dari perkembangan khasanah keilmuan yang menjadikan kitab kuning sebagai referensi utama.
Sekaligus menjadi ajang MQK Internasional pertama dan bahkan menggunakan sistem computer based test dalam tahapan penyisihan.
Kemajuan dalam ajang kompetisi ini menunjukkan bahwa kemajuan dalan hal teknologi informasi khususnya digitalisasi seharusnya menjadi fasilitas bagi hal hal yang menopang kemajuan peradaban.
Yakni ilmu pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan agama.
Bukan menfasilitasi perilaku perilaku primitive seperti penipuan, judi online, dan berbagai perilaku tidak terhormat yang akhirnya membawa krisis moral dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Tradisi keilmuan berupa membaca dan menkaji kitab kitab yang ditulis oleh para Ulama merupakan modal dasar dalam membangun sebuah peradaban.
Dengan membaca seseorang akan mengenal alur serta tata cara berfikir para ulama yang secara otomatis membentuk karakter dan pola pikir yang mengedepankan akal sehat dalam menghadapi berbagai permasalahan hidup.
Iqra’ (bacalah) adalah perintah pertama dari Allah SWT kepada Nbi Muhammag SAW menjadikan konsep peradaban yang dibangun atas dasar perintah pertama ini menekankan pentingnya ilmu pengetahuan dan membaca sebagai fondasi kemajuan.
Adapun kitab kuning yang akan dilombakan dalam ajang MQKN antara lain: Fath al-Qarîb al-Mujîb fî Syarh Alfâzh at-Taqrîb, Nazhm al-Âjurrûmîyah (al-'Imrîthî), Ta'lîm al-Muta'allim Tharîq at-Ta'allum, Nûr al-Yaqîn fî Sîrah Sayyid al-Mursalîn, Tafsir al-Jalâlain, Al-Majelis al-Saniyah Fil al-Kalam Ala Arba'in An-Nawawiyah (Syarh Kitab Al-Arbain An-Nawawi), Al-Waraqat, Al-Jauhar al-Maknûn, dan Risâlah Ahl as-Sunnah Wa al-Jamâ'ah.
Dengan berbagai kekhususan dalam focus pembahasannya ajang kompetisi baca kitab kuning ini akan lebih mengenalkan bagaimana para Ulama membaca dan memahami petunjuk yang ada didalam Al Qur’an dan hadist.
Sehingga mereka menuangkan pemahaman mereka dalam berbagai karya berupa kitab kuning yang menjadi rujukan para santri di pondok Pesantren.
Seseorang yang telah mengarungi samudera ilmu pengetahuan akan memiliki karakter dan sifat keilmuan yang matang akan selalu menunjukkan perilaku yang mulia dengan ahlakul karimah.
Senantiasa menunjukkan bahwa dibalik kebenaran ada begitu banyak hikmah dan jalan untuk memahami diri dan sesama sehingga tidak mudah untuk mengambil kesimpulan melainkan mengedepankan pertimbangan yang matang dalam mengambil keputusan.
Berpegang teguh pada kebenaran dengan senantiasa ikut serta dalam perjuangan memahamkan dan mengajarkan perihal kebenaran.
Dibanding hanya memperkeruh suasana dengan terus menerus memaksakan diri dan kehendak karena memang menyebarluaskan kebenaran tidak semudah yang dibayangkan melainkan butuh kesabaran dan kebijaksanaan.
Dengan kedalaman ilmu pengetehuan, seorang santri akan menjadi pelopor pola hidup terhormat dengan ilmu pengetahuan yang lebih mengedepankan akal sehat dalam merespon berbagai dinamika yang terjadi.
Dalam perjalanan hidup sekaligus menjadi pelopor dalam membangun peradaban iqra baik di lingkungan sendiri hingga dalam dinamika hidup global.
Peradaban iqra yang dilandasi dengan fondasi bacaan yang kuat akan senantiasa memelihara tradisi keilmuan yang tidak henti hentinya.
Melakukan pencarian kebenaran baik di dalam diri sendiri maupun apa yang telah ditunjukkan oleh sang Khaliq dalam berbagai petunjukNya.
Baik yang ada di dalam Al Qur’an dan hadist maupun dari apa yang menjadi fenomena alam dan kehidupan kesemuanya itu adalah jalan bagi seseorang yang berilmu pengetahuan untuk menemukan kebenaran sejati.
Pola fikir seorang santri yang telah ditata oleh hasil menelaah dan memahami berbagai kitab kuning akan terbentuk menjadi pribadi yang senantiasa mengedepankan cara cara berfikir para ulama yang tak lekang oleh waktu.
Karena memiliki jangkauan yang jauh kedepan sehingga permasalahan apan yang dihadapinya akan senantiasa diolah oleh kemampuan berfikir dan menelaah yang sudah tertata rapi.
Akan menjadi kesempatan yang sangat berharga apabila kehidupan ini dapat dijalani sebagaimana para Ulama telah melewati zamannya dengan ilmu pengetahuan yang mereka miliki.
Mereka bisa menjadikan zamannya maju dan terhormat bukan zaman yang merasa maju akan tetapi terlecehkan oleh berbagai perilaku primitive yang dianggap modern hanya karena fasilitas yang digunakannya canggih.
Peran ulama dan santri dalam membangun peradaban iqra melalui tradisi membaca dan menulis membawa dampak positif.
Pendekatan ilmu pengetahun yang menyentuh akal sehat masyarakat menjadikan Pondok pesantren sebagai salah satu kekuatan perubahan di tengah tengah masyarakat yang selama ini lebih banyak membawa perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat.
Salah satu perubahan yang terasa hingga hari ini adalah banyaknya tradisi yang muncul di tengah tengah masyarakat akibat dari pendekatan sosio kultural yang digunakan oleh ulama dan santri dalam menyebarluaskan ajaran agama Islam.
Tradisi keilmuan di lingkungan Pondok Pesantren semakin meneguhkan peran ulama dan santri dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
Apalagi peran yang ditunjukkan pondok pesantren dalam menyebarluaskan cara berfikir dan bersikap dan berprilaku yang baik dan benar menurut tuntunan ajaran agama.
MQKN tahun 2025 merupakan ajang pembuktian khasanah keilmuan Pondok pesantren dalam membangun peradaban di Nusantara bahkan di dunia Internasional.
Ajang yang akan membuka mata dunia internasional perihal kekuatan perekat yang mampu menyatukan multi kultur yang ada di Indonesia adalah kedalam ilmu.
Para ulama yang diturunkan kepada para santrinya yang kemudian nilai nilai kebenaran itu merasuk dalam sendi sendi kehidupan masyarakat melalui interaksi yang santun dan beradab yang
Merupakan manifestasi atas keluhuran ilmu yang memahami dirinya dan masyarakatnya sebagai mahluk yang sama sama memiliki kesamaan visi dan misi dalam kehidupan ini.
Pondok pesantren As’adiyah sebagai tuan rumah yang menjadi titik awal khasanah ilmu pengetahuan Islam yang tertuang dalam kitab kuning melakukan interaksi keilmuan dengan beberapa Negara yang diundang.
Sebagai cikal bakal tradisi baca kitab kuning menggema sebagai ajang kompetisi ilmu pengetahuan sekaligus menyapa peradaban dunia yang saat sekarang ini lebih didominasi oleh unjuk kekuatan antara Negara Negara maju dan berkembang.
Pondok pesantren yang telah melahirkan banyak alumni yang tersebar mendirikan pondok pesantren di berbagai daerah ini sangat layak menjadi tuan rumah.
Hingga saat sekarang ini masih menerapkan sistem dan pola pendidikan yang mengedepankan kemampuan membaca kitab kuning bagi para santrinya yang pada saat yang bersamaan sekaligus juga memberikan kemampuan dan kemudahan bagi para santrinya untuk menguasai ilmu ilmu umum.
Keberkahan dari penyelenggaraan MQKN tahun 2025 di Sulawesi seltan ini akan membawa dampak positif bagi masyarakat Sulawesi selatan.
Yakni gaung dan gema keberkahan ilmu pengetahuan akan semakin semarak dan membawa keberkahan bagi seluruh masyarakat sualwesi selatan khususnya Kabupten wajo dan Pondok Pesantren As’adiyah sebagai tuan rumah.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.