Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tolak Dipindahkan Berjualan dari Trotoar, Pedagang Pasar Karisa Jeneponto: Di Dalam Tidak Layak

Aksi itu dipicu oleh ketidakpuasan terhadap himbauan kepala pasar, terutama karena kondisi pasar di dalam dinilai tidak layak dan sepi pembeli.

Penulis: Muh. Agung Putra Pratama | Editor: Alfian
TRIBUN-TIMUR.COM/Muh Agung Putra Pratama
PROTES PEDAGANG - Para pedagang Pasar Karisa di Jalan Pahlawan, Kecamatan Binamu, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, menggelar aksi protes, Selasa (22/7/2025). Mereka menolak dipindahkan ke dalam pasar darurat yang disiapkan pemerintah daerah dan memilih bertahan berjualan di trotoar.  

TRIBUN-TIMUR.COM, JENEPONTO - Puluhan pedagang Pasar Karisa di Jalan Pahlawan, Kecamatan Binamu, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, menggelar aksi protes, Selasa (22/7/2025).

Mereka menolak dipindahkan ke dalam pasar darurat yang disiapkan pemerintah daerah dan memilih bertahan berjualan di trotoar.

Aksi itu dipicu oleh ketidakpuasan terhadap himbauan kepala pasar, terutama karena kondisi pasar di dalam dinilai tidak layak dan sepi pembeli.

"Kalau mau kami pindah harus dibikinkan pasar baru dulu. Kalau begini, yang punya tempat di dalam ada yang dikasih, ada yang tidak, bisa berkelahi ini," kata penjual kue, Rosma Daeng Kenang.

Rosma menegaskan, para pedagang siap pindah secara serentak jika ada kepastian tempat yang layak. 

Namun selama belum ada kejelasan, mereka memilih bertahan di pinggir jalan.

"Kalau kami semua dipindahkan ke tempat tidak layak, bisa saja terjadi pertengkaran," ucapnya dengan nada tinggi.

Bagi pedagang, pembangunan pasar baru adalah solusi permanen pasca kebakaran yang menghanguskan seluruh kios-kios pada 2020 silam.

Baca juga: 4 Tahun Pasca Kebakaran, Junaedi Bakri Minta Presiden Percepat Pembangunan Pasar Karisa Jeneponto

Ia berharap agar pemerintah daerah dan Bupati Jeneponto, Paris Yasir mendengarkan aspirasi para pedagang.

"Kami mohon kepada Bapak Bupati, tolong bikinkan pasar baru, kondisi pasar di dalam tidak layak, tidak ada pembeli. Di pinggir jalan saja kadang ada, kadang tidak," ujarnya diiringi sorakan setuju dari pedagang lain.

Keluhan serupa disampaikan pedagang pisang, Hj Kanang. 

Ia menunjukkan dagangannya yang membusuk karena sepi pembeli.

"Lihat ini pak, pisang saya busuk karena kurang pembeli. Kalau di dalam bisa tambah parah, bawa masuk juga susah," ujarnya.

Tak hanya itu, pedagang juga mengeluhkan kenaikan tarif retribusi harian. 

Dari sebelumnya Rp2 ribu kini naik menjadi Rp3ribu per hari.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved