Nasib Counter Pulsa
Cara Usaha Counter Pulsa Bertahan Puluhan Tahun hingga Pemilik Bisa Kuliahkan Anak
Di sela deru kendaraan yang melintas padat di Jl Sungai Saddang, Makassar, Sulawesi Selatan seorang pria sibuk melayani pelanggan. Di tangannya,
Penulis: Kaswadi Anwar | Editor: Edi Sumardi
Laporan jurnalis Tribun-Timur.com, Kaswadi Anwar
MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM - Di sela deru kendaraan yang melintas padat di Jl Sungai Saddang, Makassar, Sulawesi Selatan seorang pria sibuk melayani pelanggan.
Di tangannya, sebuah ponsel bersistem operasi Android yang nampak usang masih setia digunakan untuk transaksi isi pulsa.
Pagi itu, Kamis (10/7/2025), Faris baru saja melayani permintaan isi ulang pulsa pelanggan.
"Alhamdulillah, ada-ada saja (pelanggan)," ujarnya.
Kepada Tribun-Timur.com, ia bercerita telah melakoni bisnis konter pulsa yang diberi nama Pro Cell sejak 2008.
Kebetulan ruko dua lantai berwarna biru berukuran 6x20 meter yang tak jauh dari Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) itu milik pribadi.
"Saya yang punya," ujarnya.
Ia tak menampik perbedaan kondisi 17 tahun lalu dengan saat ini.Apalagi saat pandemi Covid-19, usahanya terdampak.
Omzet terjun bebas.
"Dulu rata-rata harian bisa Rp15 juta, pas covid turun jadi Rp3 jutaan sampai Rp4 jutaan per hari," kata ayah dua anak ini.
Tak hanya pandemi, Faris juga menghadapi tantangan baru.
Era ketika hampir semua orang bisa beli pulsa, kuota internet, bahkan bayar tagihan lewat aplikasi.
Namun ia tak menyerah.Ia sadar adaptasi adalah keharusan jika ingin bisnis terus berjalan.
Karenanya ia berinovasi menyesuaikan layanan dan fungsi konternya.
Layanan Top Up
Faris menambah usaha jual parfum dan minuman dingin.
Sementara layanan diperluas, top up dompet digital dan token listrik.
"Memang harus ada tambahan mengikuti perilaku pelanggan. Tidak bisa jika hanya mengandalkan layanan isi pulsa dan jual beli kartu perdana. Banyak anak muda yang top up untuk game," tuturnya.
Strategi yang sama diterapkan owner Balton 14 Cell, Kiki.
Ia baru dua tahun merintis gerai.
“Kalau saya mengikuti perkembangan zaman, layani pengisian e-wallet, transaksi bank, dan pembayaran tagihan,” katanya saat ditemui Tribun-Timur.com di gerainya, Jl Antang Raya, Kecamatan Manggala, Makassar, Selasa (8/7/2025).
Kiki mengungkapkan, masih banyak konsumen membeli pulsa maupun paket data.
Rerata pelajar dan orang tua karena tak punya mobile banking (m-banking).
Dalam sehari ia melayani 100 transaksi.
Sebulan omzet mencapai Rp5 juta.
Namun, kata dia, kalau hanya mengandalkan penjualan dari pulsa dan paket data usahanya tak akan menambah omzet.
Makanya, harus menawarkan berbagai layanan, seperti top up.
Apalagi, masyarakat membutuhkan transaksi yang mudah.
Untuk top up e-wallet di bawah Rp100 ribu, dikenakan biaya admin Rp2.000, kalau di atas Rp100 ribu, biaya admin Rp3.000.
Sedangkan, transaksi bank di bawah Rp500 ribu, biaya Rp5.000 dan di atas Rp 1 juta, biaya admin Rp 10 ribu.
Transaksi dilakukan bisa mencapai 150-200.
“Kalau semua digabung, lebih Rp 5 juta. E-wallet, transaksi bank, pulsa, paket data dan asesoris HP,” ucapnya.
Kiki menyebut, dalam menggaet pelanggan pelayanan menjadi utama.
Apalagi, usaha konternya cukup stategis, di pinggir jalan.
Ditemui di tempat berbeda, pemilik gerai Tamalanrea Phone, Abd Kadir Latif mengaku harus bertransformasi untuk bertahan di era digital sekarang ini.
Ia membuka usaha gerai pengisian pulsa/paket data sejak 1 Januari 1999.
Abd Kadir mengungkapkan, sebelum adanya transaksi digital, hasil penjualan pulsa dan paket data bisa mencapai Rp6 juta per bulan. Namun, sekarang penghasilan mulai menurun.
“Dulu Rp6 juta per bulan, sekarang Rp 3 juta lebih,” ungkapnya, Rabu (9/7/2025).
Langganan Mahasiswa
Ia menyebut, pelanggannya rerata mahasiswa dan pengendara.
Demi tetap mempertahakan usahanya, Abd Kadir terus meng-upgrade bisnisnya.
Sekarang ini, ia tak hanya menjual pulsa dan paket data, tapi juga e-wallet, transaksi bank dan pembayaran listrik.
“Jadi kita harus mengikuti demand pasar dibutuhkan. Kayak ada transaksi bank, e-wallet. Di era digital ini disiapkan ruang pengguna bsnis dan pelaku binis, sisa tergantung dari mindset masing-masing,” tuturnya.
Selama 26 tahun usaha counter-nya, Abd Kadir berhasil menyekolahkan tiga anaknya hingga perguruan tinggi.
“Alhamdulillah usaha ini bisa sekolahkan anak, satu sudah notaris, satu pengacara dan satu masih skripsi,” ucapnya.
Pengamat Ekonomi dari Universitas Muhammadiyah Makassar (Unismuh), Sutardjo Tui sepakat dengan strategi yang dilakukan pebisnis gerai pengisian pulsa.
Menurutnya, bisnis konter pulsa akan mati jika tak menyesuaikan kemajuan teknologi.
"Tidak boleh terpaku secara sistem, perubahan selalu terjadi, makanya inovasi tak boleh berhenti. Siapa menangkan itu akan bertahan,” tuturnya.
Banyak sekali inovasi yang bisa dilakukan.
Ia mencontohkan jadi agen perbankan, melayani pembayaran tagihan, top up e-wallet, dan lainnya.
“Itu pasti menambah income, selain jual pulsa, bisa transaksi semua, sehingga dia (pedagang konter pulsa) punya keuntungan bertambah,” sebutnya.(*)
Baca berita selanjutnya: Telkomsel Ajak Mitra Wisata ke Luar Negeri, Indosat Bikin Pelatihan, XLSMART Perbanyak Program
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.