Harga Emas Naik, Siasat Junaidi Bertahan di Depan Jejeran Toko Emas di Jalan Somba Opu Makassar
Di sepanjang Jalan Somba Opu, depan Pantai Losari —urat nadi perdagangan emas yang telah lama berdetak dalam denyut ekonomi Sulawesi Selatan
Penulis: Risma Syam | Editor: Edi Sumardi
"Kadang orang jual emasnya dengan kondisi masih baru, sudah rusak, patah-patah bahkan tanpa nota. Tetapi tetap saya layani," ujarnya, menunjukkan bahwa lapaknya bukan sekadar tempat transaksi, melainkan juga tempat pelarian bagi mereka yang terdesak keadaan.
Pasar emas kaki lima seperti milik Junaidi memang masih memiliki celah untuk bertahan.
Di saat toko-toko besar hanya melayani transaksi jual-beli dengan nota lengkap dan standar tinggi, Junaidi tetap membuka tangan untuk emas tanpa bukti pembelian.
"Toko-toko emas di Somba Opu ini khusus menjual. Jarang yang mau beli, kecuali kalau emasnya dulu beli di toko yang sama dan ada notanya," tambahnya.
Di sanalah Junaidi menemukan ruangnya—ruang yang tak bisa digantikan oleh toko besar.
Namun rezeki tetap punya caranya sendiri.
Di waktu-waktu tertentu, lapak Junaidi bisa ramai luar biasa.
Seperti saat menjelang hari raya atau pergantian tahun, denyut pasar emas kembali menggeliat.
Di sanalah, Junaidi bisa menghela napas lega.
"Kalau sudah masuk momentum itu, penjualan bisa naik sampai tiga kali lipat dibanding hari biasa. Keuntungannya bisa puluhan juta," ujarnya sambil tersenyum, mengenang masa-masa panen yang kini kian jarang hadir.
Somba Opu, dengan segala riuhnya, tetap menjadi pusat emas Makassar.
Jalan ini bukan hanya deretan toko, tapi juga tempat bertemunya harapan, kebutuhan, dan ambisi.
Orang datang dari berbagai penjuru, bukan hanya mencari perhiasan, tetapi juga kepercayaan.
Di antara deret toko megah, lapak kecil Junaidi berdiri seperti titik kecil dalam lukisan besar—tampak sederhana, tapi menyimpan cerita panjang tentang ketekunan dan kesetiaan pada jalan hidup yang telah ia pilih.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.