KECELAKAAN MOTOR - Caceng Dg Tiro, ayah Jumaldi pemotor yang tewas ditabrak pejalan kaki yang menyebrang jalan di Jalan Panaikang, Pattallassang, Takalar saat ditemui, Kamis (10/7/2025). Daeng Tiro mengaku bersyukur sekaligus kesal aat tahu identitas pejalan kaki.
TRIBUN-TIMUR.COM, TAKALAR - Hari itu, Senin, 7 Juli 2025, Caceng Daeng Tiro (38) menerima kabar yang telah lama ia tunggu untuk mendapat kejelasan teerkait kematian anaknya. Kepala Desa Bontomanai, Muhammad Aris meneleponnya dan menyampaikan bahwa pejalan kaki yang menabrak anaknya telah diketahui. Jumaldi (14), siswa kelas dua SMP, tewas setelah mengalami kecelakaan lalu lintas di Jalan Panaikang, Pattallassang, Takalar, pada 8 April 2025. Jumaldi yang berkendara bersama tantenya, Daeng Bollo, ditabrak pejalan kaki yang sedang menyebrang jalan. Setelah kejadian, pejalan kaki, yang sekarang diketahui bernama Irsan (27), melarikan diri. Polisi kemudian menyelidiki dan mencari keberadaannya. Daeng Tiro mengungkapkan, semenjak hari kematian anaknya, duka, luka, dan rasa penasaran bercampur aduk menyelimuti hatinya. "Saat terima kabar itu, bersyukur sekaligus marah," katanya saat ditemui di kediamannya Bontomanai, Mangngarabombang, Kamis (10/7/2025).
LAKA LANTAS - Kolase foto pejalan kaki yang kabur dengan sepeda motornya setelah menabrak pemotor hingga tewas di Jalan Panaikang, Takalar, Selasa (8/4/2025). Setelah dua bulan dicari polisi, pejalan kaki akhirnya menyerahkan diri. (Istimewa/CCTV Diskominfo Takalar )
Ia mengatakan sangat butuh penjelasan tentang mengapa pejalan kaki sampai menabrak anaknya. "Kalau dilihat dari video, seperti disengaja, itu yang membuat kita bertanya-tanya dan sakit hati selama ini," ucapnya. Kepala Desa Bontomanai mendapat kabar diketahuinya identitas pejalan kaki dari kepala Desa Tanakeke. "Pak Desa Tanakeke bilang, ternyata pejalan kaki yang viral itu warga ku," kata Daeng Tiro mengulangi penyampaian kepala desa Bontomanai. Kepala Desa Bontomanai juga menyampaikan rencana dari Irsan untuk datang ke kediaman keluarga Jumaldi meminta maaf. Namun permintaan itu ditolak Daeng Tiro. Ia takut saat ketemu langsung ia tidak bisa mengendalikan diri. "Jangan sampai kalau saya lihat na terpancing emosiku, jadi saya tolak" katanya. Namun di sisi lain, Daeng Tiro tetap menginginkan penjelasan. Ia kemudian mengutus dua saudaranya untuk bertemu dengan Irsan. Pertemuan itu berlangsung di Kantor Unit Laka Satlantas Polres Takalar, Canrego, Polobangkeng Selatan pada 8 Juli 2025. Dari hasil pertemuan itu, Daeng Tiro menerima penjelasan bahwa Irsan mengatakan tidak sengaja menabrak Jumaldi. "Katanya saat nyebrang, tidak na liat ki," ucapnya. Irsan juga mengatakan bahwa ia kabur setelah kejadian karna takut diamuk warga. "Yang kami terima katanya dia takut," katanya. Meski masih marah dan luka, Daeng Tiro menerima permohonan maaf dari Irsan. Irsan menyampaikan akan memberikan ganti rugi. "Meski jujur sampai sekarang kita masih merasa sakit," kata Daeng Tiro. Daeng Tiro bercerita bahwa Jumaldi adalah anak yang baik. "Tidak ada di sini yang tidak cerita ini anak baik. Guru, temannya, orang yang kenal dia semuanya bilang Jumaldi itu anak baik," katanya. Ia mengenang anak sulungnya ini sebagai anak yang taat beribadah dan berbakti kepada keluarga. "Salat tidak pernah ditinggalkan. Sekolah selalu masuk. Dia juga rajin tangkap ikan di sungai, terus hasilnya dia jual untuk jajan di sekolah dan biayai adek dan neneknya," sambungnya. Daeng Tiro menyampaikan bahwa ada satu permintaan terakhir Jumaldi yang tidak sempat ia penuhi. "Saya dihubungi sama dia, katanya HP nya rusak, mau diganti. Terus saya janji akan belikan setelah gajian," katanya. "Itu yang tidak sempat saya penuhi, jadi buat saya merasa sakit," katanya. Saat kejadian, Daeng Tiro bekerja di Morowali, Sulawesi Tengah. Setelah insiden meninggalnya Jumaldi, ia memutuskan berhenti bekerja.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.