Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Hari Ini dalam Sejarah: Sat 81/Gultor Dibentuk, Luhut Binsar Panjaitan Jadi Komandan, Prabowo Wakil

Mayor Inf. Luhut Binsar Panjaitan sebagai komandan Sat 81/Gultor dan Kapten Inf. Prabowo Subianto selaku wakil komandan.

|
Editor: Sakinah Sudin
Instagram @penkopassus
Hari Ini dalam Sejarah: Sat 81/Gultor Dibentuk, Luhut Binsar Panjaitan Jadi Komandan, Prabowo Wakil 

TRIBUN-TIMUR.COM - Hari ini dalam sejarah, Satuan Penanggulangan Teror (Sat 81/Gultor atau Sat 81 Gultor) atau dikenal sebagai Sat 81/Penanggulangan Terorisme atau Satuan Anti Teror Den-81.

Satuan Anti Teror Den-81 dibentuk melalui surat keputusan nomor: SKEP/4/VI/1982 tanggal 30 Juni 1982 yang merupakan Satuan Anti Teror pertama di Indonesia.

Mayor Inf. Luhut Binsar Panjaitan sebagai komandan dan Kapten Inf. Prabowo Subianto selaku wakil komandan.

Satuan Gultor 81 atau lebih dikenal sebagai Sat 81/Penanggulangan Terorisme adalah Unit antiteror yang terdiri dari prajurit terbaik dengan kualifikasi di atas rata-rata pasukan Elit/Khusus pada umumnya yang diseleksi dan di latih di Pusat Pendidikan dan Latihan Pasukan Khusus.

Kekuatan dari satuan ini tidak dipublikasikan secara luas dari sisi jumlah personel maupun jenis persenjataan yang digunakan.

Semua unsur tersebut dijaga dengan kerahasiaan tingkat tinggi dan hanya diketahui oleh sebagian kecil pemangku otoritas. Mengingat ini satuan terbaik di dalam organisasi Kopassus secara khusus, dan TNI Angkatan Darat pada umumnya.

Perlu untuk diketahui bahwa beberapa tahun belakangan ini istilah Gultor dihilangkan seiring dengan peningkatan kualifikasi yang dimiliki lebih dari sekadar penanggulangan teror.

Lantas bagaimana kisah pembentukan Satuan Gultor 81?

Berikut selengkapnya!

Pembentukan Satuan Gultor 81

Lewat Instagram @penkopassus, Senin (30/6/2025), Komando Pasukan Khusus (Kopassus) menceritakan  awal mula pembentukan Satuan Gultor 81.

Dilansir Tribun-Timur.com dari Instagram @penkopassus, diceritakan, pada tanggal 28 Maret 1981, terjadi suatu peristiwa pembajakan pesawat DC-9 Garuda Woyla di Bandara Don Muang, Bangkok, Thailand yang dilakukan oleh kelompok ekstrimis bernama Komando Jihad.

Kopassus, yang waktu itu masih bernama Kopassandha, kemudian ditunjuk oleh Panglima ABRI pada saat itu yakni, Jenderal M. Jusuf untuk mengambil alih operasi pembebasan sandera dengan Letnan Kolonel Inf. Sintong Panjaitan sebagai pimpinan operasi, dengan memilih personel Kopassandha yang terbaik di mana saat itu Sat 81/Gultor belum terbentuk.

Pembebasan sandera pun berjalan sukses dan secara dramatis melambungkan reputasu Kopassus di mata dunia internasional.

Berangkat dari pengalaman ketidaksiapan dalam menghadapi terorisme di era itu kemudian mendorong Kepala Badan Intelijen Strategis ABRI saat itu, Letnan Jenderal TNI L.B Moerdani, untuk menginisiasi agar segera membuat kesatuan baru setingkat Detasemen di lingkungan Kopassandha.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved