Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Headline Tribun Timur

Sulsel Surplus 932 Ribu Ton Beras

Gubernur Sulsel Andi Sudirman melihat serapan padi pun cukup maksimal melebihi produksi 2024 secara year on year.

Editor: Sudirman
Ist
HEADLINE TRIBUN TIMUR -  Adapun produksi beras di Sulsel mencapai angka 1,4 juta ton awal 2025. Dari jumlah tersebut, Sulsel masih dalam keadaan surplus beras. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Produksi pertanian Sulawesi Selatan (Sulsel) menunjukkan tren positif.

Awal Juni 2025, produksi padi Sulsel menembus angka jutaan ton.

“Capaian produksi kita sekarang itu padi 2,5 juta ton, dalam bentuk gabah kering giling,” kata

Plt Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Sulsel, Abdul Gaffar, Minggu (15/6).

Adapun produksi beras di Sulsel mencapai angka 1,4 juta ton awal 2025.

Baca juga: Reuni Band Underground Sulsel, KARUNG BERAS 8 Kembali Digelar di Sidrap

Dari jumlah tersebut, Sulsel masih dalam keadaan surplus beras.

“Surplusnya sekarang itu 932 ribu ton beras,” ujarnya.

Gubernur Sulsel Andi Sudirman melihat serapan padi pun cukup maksimal melebihi produksi 2024 secara year on year.

“Hasil panen tahun ini menunjukkan peningkatan serapan gabah oleh bulog meningkat 1000-2000 persen dari 2024 ke 2025. Sulsel dalam target produksi padi 5,5 juta ton
untuk tahun 2025 Insya Allah bisa kita raih,” kata Andi Sudirman.

Target tinggi Andi Sudirman sudah didukung dengan hasil produksi sejumlah daerah.

Gaffar menyebut sejumlah daerah masih mengharapkan panen, hanya saja trennya melandai.

Bulan Juli nantinya Dinas TPH-Bun Sulsel melihat masih ada estimasi panen 156 ribu ton gabah.

“Nanti akan mulai lagi di September-Oktober, kita akan panen raya di situ,” jelasnya.

Sulsel menjadi penopang  pangan nasional dengan luas Lahan Baku Sawah (LBS) mencapai 660.638 hektar.

Sebaran LBS Sulsel berdasarkan SK Menteri ATR/BPN No.144.1/SK-PG.03.03/V/2024. 

Bone memiliki LBS terbesar dengan 118.304 hektar, mengikut Wajo dengan 101.435 hektar.

Daerah lumbung padi selanjutnya adalah Sidrap 51.389 hektar dan Pinrang 50.878 hektar. 

Sementara itu daerah dengan luas sawah terendah di Parepare hanya 753 hektar. Demi mencapai swasembada pangan, Pemprov Sulsel bakal bagi-bagi benih mandiri
padi.

Dinas TPH-Bun menyiapkan 5 ribu ton benih mandiri yang siap disebar ke petani.

“Rencananya sebelum masuk musim tanam 2, sekitar bulan 9 (September). Kita siapkan 5 ribu ton untuk 200 ribu hektar,” jelas Gaffar.

Program ini akan menyasar petani di 24 kabupaten/kota. Pemda diminta mencatat petani yang berhak mendapatkan penyaluran mandiri benih.

“Penerima itu kelompok tani yang terdaftar secara simultan, punya sawah,” jelasnya.

Gaffar menyebut benih yang akan dibagi merupakan hasil produksi sendiri. Artinya penangkaran benih dilakukan mandiri di Sulsel, tidak lagi mengambil dari daerah lain.

Penangkaran benih ini disebutnya mampu memberikan hasil positif di sawah nantinya.

“Benih itu kita tangkar sendiri, kita bagikan ke masyarakat. Kelebihannya benih itu menyesuaikan di Sulsel, tidak perlu lagi penyesuaian tanah di Sulsel. Menangkar benih
ini sudah adaptasi dengan tanah Sulsel,” katanya.

Di 2022 dan 2023, Pemprov Sulsel sebenarnya pernah menjalankan program serupa. Hanya saja besarannya masih terbatas, hanya cukup 100 ribu hektar lahan.

Dengan target swasembada, maka program ini akan kembali dijalankan.

Serapan gabah

Serapan gabah dan setara beras oleh Bulog Kantor Wilayah Sulselbar melimpah. Khusus Sulsel, terdapat sembilan kantor cabang Bulog yang menyerap gabah dan setara
beras dari para petani.

Total serapan gabah gabungan dari sembilan kancab tersebut mencapai 715.602 ton, jauh melampaui target awal yang hanya 124.181 ton.

Sedangkan serapan setara beras, dari target 525.084 ton, realisasinya kini sudah mencapai 403.854 ton.

Plt TPH-Bun Sulsel Abdul Gaffar mengakui tingginya serapan oleh Bulog mencapai 576 persen. Kondisi ini didukung tingginya panen awal tahun serta kenaikan harga gabah yang membuat petani lebih memilih menjual ke Bulog.

“Bulog itu sudah jauh melampaui target. Dia itu sudah 500 persen serapan karena tingginya produksi panen kemarin, lalu harga gabah naik,” ujarnya.

“Kemudian, pedagang-pedagang kecil banyak yang tidak mau membeli. Jadi mau tidak mau, salah satunya Bulog yang harus menyerap semua itu. Bahkan Bulog sampai kehabisan gudang,” katanya.

Berdasarkan data per 10 Juni 2025, Bulog Kanca Sidrap mencatat realisasi serapan gabah dan setara beras tertinggi di Sulsel.

Dari target 4.534 ton gabah, realisasi di Sidrap telah mencapai 129.499 ton, atau sekitar 2.855 persen. Untuk setara beras, dari target 64.070 ton, realisasi kini sudah mencapai 76.586 ton.

Kanca Parepare berada di urutan kedua. Target serapan gabah di wilayah ini sebesar 10.638 ton, dengan realisasi 95.949 ton.

Sedangkan target setara beras 123.524 ton, kini sudah terealisasi 67.161 ton.

Bulog Makassar juga mencatat capaian signifikan, dengan realisasi serapan gabah mencapai 80.032 ton dari target hanya 8.783 ton.

Untuk setara beras, dari target 34.828 ton, telah terealisasi 46.899 ton.

Produksi Positif

Jagung menjadi komoditas sekunder pangan dengan produksi positif di 2025.

Plt TPH-Bun Sulsel Abdul Gaffar menjelaskan, rerata luas tanam jagung mencapai 400 ribu hektar.

Dari jumlah tersebut, produksi jagung sudah mencapai 1,2 juta ton.

“Produksi di 2024 jagung itu 2 juta ton. Sekarang di 2025 sejauh ini sudah 1,2 juta ton,” katanya.

Dengan produksi sudah melampaui 1 juta ton, maka target mencapai angka di tahun lalu sangat realistis. Bahkan, komoditas jagung ini berpeluang meningkatkan produksi, mengingat panen raya yang masih ditunggu beberapa bulan lagi.

Kondisi cuaca di Sulsel juga mendukung pertanian dan perkebunan.

Sebab, kemarau basah diprediksi melanda hingga Agustus mendatang.

Artinya, meski Sulselmemasuki musim kemarau, hujan masih akan  mengguyur di waktu tertentu.

“Insyaallah sangat bagus ini, nanti panen raya lagi di bulan September Oktober,” jelasnya.

Gaffar menilai jagung memang masih menjadi komoditas sekunder di bidang pangan.

Petani lebih memprioritaskan padi sebagai komoditas primer.

Hal ini melihat harga dan konsumsi beras yang memang lebih diminati konsumen.

‘’Jadi memang jagung ini komoditi sekunder dari pangan, memang kalau pilihan itu padi masih lebih bagus, karena harganya juga lebih bagus. Perbandingan produksi pemerintah itu hampir sama. Jagung mungkin 6-7 ton per hektar, kalau harga satuan itu Rp5.200,’’ katanya.

Meski begitu, komoditas jagung tetap menjadi perhatian pemerintah mengingat potensi produksi yang cukup besar.

Berkah Petani

Wilayah Sulsel diprediksi tidak kering di musim kemarau dengan adanya hujan.

Kemarau basah ini menjadi berkah tersendiri bagi para petani.

Biasanya, petani kesulitan mendapat pasokan air saat musim kemarau, terlebih bagi sawah tadah hujan.

Plt Kepala Dinas TPHBun Abdul Gaffar menilai kondisi kemarau basah bisa menguntungkan sektor pertanian.

‘’Kita ini akan menghadapi musim kemarau, mungkin di Juli Agustus September kita masuk kemarau. Dan saat ini Sulsel masuk kering-kering basah,’’ katanya.

‘’Jadi walaupun masuk kemarau ada hujan. Walaupun tidak terlalu banyak, itu kita syukuri berarti di lapangan itu selalu ada air,’’ lanjutnya.

Meski begitu, pompanisasi tetap disiagakan pada musim kemarau.

Mengingat potensi hujan yang tidak merata, membuat sebagian sawah tetap harus membutuhkan pompanisasi.

Kemarau basah atau hujan turun di musim kering (April-Oktober) diprediksi masih akan berlanjut hingga medio Agustus 2025.

Artinya, ini hanya sebulan menjelang masuknya musim hujan (Oktober 2025-Maret 2026).

Ini diikuti masa transisi (pancaroba, September-November, dan musim hujan mulai Desember 2025 hingga Februari 2026).

 

 

 

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved