Headline Tribun Timur
Sulsel Surplus 932 Ribu Ton Beras
Gubernur Sulsel Andi Sudirman melihat serapan padi pun cukup maksimal melebihi produksi 2024 secara year on year.
Dengan produksi sudah melampaui 1 juta ton, maka target mencapai angka di tahun lalu sangat realistis. Bahkan, komoditas jagung ini berpeluang meningkatkan produksi, mengingat panen raya yang masih ditunggu beberapa bulan lagi.
Kondisi cuaca di Sulsel juga mendukung pertanian dan perkebunan.
Sebab, kemarau basah diprediksi melanda hingga Agustus mendatang.
Artinya, meski Sulselmemasuki musim kemarau, hujan masih akan mengguyur di waktu tertentu.
“Insyaallah sangat bagus ini, nanti panen raya lagi di bulan September Oktober,” jelasnya.
Gaffar menilai jagung memang masih menjadi komoditas sekunder di bidang pangan.
Petani lebih memprioritaskan padi sebagai komoditas primer.
Hal ini melihat harga dan konsumsi beras yang memang lebih diminati konsumen.
‘’Jadi memang jagung ini komoditi sekunder dari pangan, memang kalau pilihan itu padi masih lebih bagus, karena harganya juga lebih bagus. Perbandingan produksi pemerintah itu hampir sama. Jagung mungkin 6-7 ton per hektar, kalau harga satuan itu Rp5.200,’’ katanya.
Meski begitu, komoditas jagung tetap menjadi perhatian pemerintah mengingat potensi produksi yang cukup besar.
Berkah Petani
Wilayah Sulsel diprediksi tidak kering di musim kemarau dengan adanya hujan.
Kemarau basah ini menjadi berkah tersendiri bagi para petani.
Biasanya, petani kesulitan mendapat pasokan air saat musim kemarau, terlebih bagi sawah tadah hujan.
Plt Kepala Dinas TPHBun Abdul Gaffar menilai kondisi kemarau basah bisa menguntungkan sektor pertanian.
‘’Kita ini akan menghadapi musim kemarau, mungkin di Juli Agustus September kita masuk kemarau. Dan saat ini Sulsel masuk kering-kering basah,’’ katanya.
‘’Jadi walaupun masuk kemarau ada hujan. Walaupun tidak terlalu banyak, itu kita syukuri berarti di lapangan itu selalu ada air,’’ lanjutnya.
Meski begitu, pompanisasi tetap disiagakan pada musim kemarau.
Mengingat potensi hujan yang tidak merata, membuat sebagian sawah tetap harus membutuhkan pompanisasi.
Kemarau basah atau hujan turun di musim kering (April-Oktober) diprediksi masih akan berlanjut hingga medio Agustus 2025.
Artinya, ini hanya sebulan menjelang masuknya musim hujan (Oktober 2025-Maret 2026).
Ini diikuti masa transisi (pancaroba, September-November, dan musim hujan mulai Desember 2025 hingga Februari 2026).
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.