Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Musim Kemarau Tapi Masih Diguyur Hujan, Ini Penjelasan BMKG

Fenomena gelombang atmosfer seperti Kelvin, Equatorial Rossby dan Madden Julian Oscillation (MJO) bertemu disaat bersamaan

Penulis: Siti Aminah | Editor: Saldy Irawan
ilustrasi by AI
HUJAN SULSEL- Ilustrasi by AI hujan di kota. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Hasanuddin Makassar mengeluarkan prakiraan cuaca untuk wilayah Sulawesi Selatan dan sekitarnya 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR -Musim hujan masih bertahan di bulan Juni, padahal seharusnya sudah memasuki kemarau

Kondisi ini terjadi di berberapa wilayah di Indonesia, termasuk di Sulawesi Selatan. 

Pada akhir Mei hingga awal Juni 2025, Sulsel diguyur hujan dengan intensitas ringan hingga sedang. 

Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah IV Makassar Bagus Primohadi S menjelaskan, terjadi fenomena atmosfer yang cukup intens beberapa hari terakhir ini. 

Fenomena gelombang atmosfer seperti Kelvin, Equatorial Rossby dan Madden Julian Oscillation (MJO) bertemu disaat bersamaan sehingga menyebabkan meningkatnya curah hujan

"Aktivitas tiga fenomena ini secara gabungan menyebabkan peningkatan awan konveksi sehingga menimbulkan peningkatan curah hujan secara otomatis," ucap Bagus via telepon, Selasa (3/6/2025). 

Ini adalah kondisi anomali cuaca yang tidak selalu terjadi, namun memang gelombang atmosfer tersebut saling aktif bersamaan sehingga menyebabkan hujan di berbagai wilayah di Sulsel. 

Penurunan intensitas hujan diperikirakan terjadi pada 4 hingga 7 Juni, kecuali di Kabupaten Bulukumba, Selayar, Jeneponto dan Bantaeng. 

Curah hujan diperkirakan kembali meningkat pada 8 hingga 11 Juni. Kemudian setelah itu curah hujan perlahan menurun seiring aktifnya musim kemarau

Nanti lewat tanggal 11 hingga akhir bulan pantauan analisis data terkini kami menujukan konsisten terjadi penurunan curah hujan secara bersamaan dengan aktifnya musim kemarau di Sulsel," jelasnya. 

Puncak musim kemarau diperkirakan terjadi pada Juli mendatang. 

Kecuali di wilayah Luwu Raya dan Toraja kemungkinan besar masih terjadi hujan lokal. 

Pola kondisi iklim di wilayah tersebut memang berbeda dari daerah lainnya di Sulsel. 

Masyarakat diimbau untuk tetap waspada selama fenomena ini berlangsung. 

Selain itu, masyarakat juga diimbau  mengikuti informasi terkini dari BMKG terkait laporan cuaca.

BMKG lewat sosial medianya selalu menyampaikan peringatan dini 3 harian hingga peringatan dini 2-3 jam jika terdapat potensi cuaca ekstrem.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved