Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Universitas Bosowa

Mahasiswa Universitas Bosowa Belajar Prinsip Kamase-masea dari Ammatoa di Tanah Toa Kajang Bulukumba

Mereka menginap di Tanah Toa untuk lebih mendalami praktik sosial masyarakat Kajang, yang hidup dalam prinsip Kamase-masea, kesederhanaan

|
Editor: AS Kambie
dok.tribun
MAHASISWA UNIBOS - Mahasiswa Sosiologi Universitas Bosowa (Unibos) Makassar berpose bersama dosen pembimbing dan warga lokal usai kegiatan dialog dan eksplorasi budaya di depan rumah adat Kajang, kawasan Tanah Toa, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Minggu (25/5/2025. Kunjungan ini merupakan bagian dari kuliah lapangan mata kuliah Sosiologi Agama dengan tema “Pengenalan Kawasan Adat Ammatoa” dan peserta mengenakan pakaian hitam sebagai bentuk penghormatan terhadap nilai kesederhanaan dan tata etika masyarakat adat Kajang. 

TRIBUN-TIMUR.COM – Puluhan mahasiswa Universitas Bosowa (Unibos) Makassar menggelar kunjungan akademik ke kawasan adat Tanah Toa, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Mereka berkesempatan bertemu langsung dengan pemimpin tertinggi masyarakat adat Kajang, yakni Ammatoa.

Mereka tiba di kawasan Kajang Luar pada Jumat malam, 23 Mei 2025. Kemudian pada Sabtu (24/5/2025) seharian mereka di Kajang dalam. Kemudian kembali ke Makassar pada Minggu (25/5/2025).

Kegiatan itu merupakan bagian dari program kuliah lapangan untuk mata kuliah Sosiologi Agama, yang diajarkan pada semester IV di Program Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unibos.

Rombongan mahasiswa ini dipimpin oleh Ketua Program Studi Sosiologi Dr Iskandar MSi dan Dosen Sosiologi Agama Dr Muhammad Sabiq.

“Kedatangan kami ini bertepatan dengan kesibukan Ammatoa yang tengah mempersiapkan acara peringatan 30 hari wafatnya istri beliau,” kata Dr Muhammad Sabiq.

Dalam kunjungan tersebut, para mahasiswa mendapat kesempatan berdialog langsung dengan Ammatoa dan bertanya mengenai perilaku sosial keagamaan masyarakat adat Kajang, yang dikenal memegang teguh nilai-nilai tradisional dan spiritual.

Menurut Dr Iskandar, kunjungan ini dimaksudkan untuk mempertemukan teori-teori sosiologi agama yang dipelajari di ruang kelas dengan realitas kehidupan masyarakat adat.

“Mereka menyaksikan langsung adat istiadat yang masih lestari hingga kini. Mulai dari pakaian serba hitam, kebiasaan berjalan tanpa alas kaki, hingga kesederhanaan perkampungan masyarakat Kajang dalam menjaga keseimbangan dengan alam,” jelas Iskandar.

Para mahasiswa menginap di Tanah Toa untuk lebih mendalami praktik sosial masyarakat Kajang, yang hidup dalam prinsip “Kamase-masea” (kesederhanaan), serta menjunjung nilai kejujuran, ketulusan, dan harmoni dengan alam.

Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya Program Studi Sosiologi Unibos untuk membekali mahasiswa dengan pemahaman empiris tentang agama sebagai fenomena sosial yang hidup dan dinamis dalam masyarakat.

Rangkaian kegiatan ini diharapkan membentuk kesadaran kritis mahasiswa terhadap pentingnya menjaga nilai-nilai lokal dalam menghadapi arus modernisasi.

“Kami berharap mahasiswa tidak hanya memahami agama dari aspek doktrinal, tetapi juga sebagai kekuatan sosial yang membentuk identitas, solidaritas, dan tatanan masyarakat,” kata Dr Muhammad Sabiq.

Program Studi Sosiologi Unibos terus berkomitmen mengembangkan metode pembelajaran berbasis pengalaman lapangan untuk menghasilkan lulusan yang peka terhadap dinamika sosial dan budaya di tengah masyarakat.(*)

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved