Haji 2025
dr Imran: Jemaah Haji Indonesia Diminta Waspada Penyakit Jantung di Madinah dan Pneumonia di Makkah
Penyakit yang dominan di Madinah berbeda dengan yang sering muncul di Makkah. Di Madinah, kasus penyakit jantung tercatat paling banyak menimpa jemaah
Penulis: Mansur AM | Editor: Sakinah Sudin
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKKAH – Jemaah haji Indonesia diminta waspada terhadap risiko penyakit selama di Tanah Suci.
Penyakit yang dominan di Madinah berbeda dengan yang sering muncul di Makkah.
Di Madinah, kasus penyakit jantung tercatat paling banyak menimpa jemaah.
Hal itu disebabkan oleh aktivitas fisik yang cukup berat setiap harinya.
Jemaah melaksanakan salat lima waktu di Masjid Nabawi.
Jaraknya tidak jauh paling terjauh hanya 800 meter. Karena dekat, jemaah tidak menyadari telah berjalan jauh.
Apalagi yang bolak-balik tiap salat lima waktu.
Khusus jemaah di sektor 3, 4, dan 5 jarakanya 800 meter.
Sementara sektor 1 dan 2 relatif dekat dari Masjid Nabawi.
Rata-rata jemaah bisa berjalan kaki hingga 10 kali dalam sehari bolak-balik.
Aktivitas ini meningkatkan risiko kelelahan dan dehidrasi.
Kondisi tersebut dapat memicu gejala penyakit jantung pada jemaah.
“Gejala jantung sering muncul akibat kelelahan dan jalan kaki berlebihan,” kata dr Mohammad Imran, Kabid Kesehatan PPIH Arab Saudi di Makkah, Senin (19/5/2025),
Sementara itu, penyakit yang mendominasi di Makkah adalah pneumonia.
Penyakit ini muncul akibat kelelahan dan paparan cuaca ekstrem.
Di Makkah, jemaah disarankan salat di musala hotel bila merasa lelah.
“Pahala salat di musala hotel tetap sama,” ujar dr Imran,
Namun, jemaah tetap harus menjalani ibadah wajib seperti umrah.
Umrah dilakukan di tengah kerumunan besar yang padat.
Kerumunan ini menjadi tempat subur penularan penyakit seperti pneumonia.
Banyak jemaah yang enggan memakai masker saat umrah dan tawaf.
Padahal jemaah sudah dibekali satu kotak masker oleh petugas.
Masker sebaiknya dipakai saat berada di tengah kerumunan.
Penyakit pneumonia meningkat signifikan usai fase Armuzna.
Hal itu disebabkan aktivitas di luar ruangan yang sangat padat.
Tenda-tenda di Mina juga menjadi titik penyebaran penyakit.
Penularan pneumonia banyak terjadi dalam kondisi berkerumun dan minim ventilasi.
Tim kesehatan terus mengimbau jemaah agar menjaga daya tahan tubuh.
Jemaah diminta minum cukup, istirahat, dan memakai masker.
Dengan upaya pencegahan ini, risiko penyakit bisa diminimalisir.
Petugas kesehatan siap memberikan layanan jika gejala muncul.
Kedisiplinan jemaah menjaga kesehatan jadi kunci sukses berhaji.
Hari ke-18
Saat ini hari ke-18 operasional haji di Tanah Suci.
Data dari Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Kemenag RI, hingga Senin 19 Mei pagi ini, Total 117.600 jemaah haji dilaporkan sudah tiba di Tanah Suci. Angka ini berarti 57 persen dari total jemaah haji regular 203.320 jemaah.
Sebanyak 71.947 jemaah haji Indonesia tiba di Kota Makkah.
Total 60.222 jemaah datang dari Kota Madinah. Sisanya 11.727 jemaah haji Gelombang 2 yang berasal dari kedatangan Kota Jeddah.
Total kuota haji Indonesia tahun ini adalah 221.000 jemaah. Jumlah ini terdiri 203.320 kuota jemaah reguler dan 17.680 kuota jemaah haji.(Media Centre Haji/Mansur Amirullah)
Menag Nasaruddin Umar Minta Maaf atas Layanan Haji 2025 |
![]() |
---|
Foto-foto Kloter Terakhir Jamaah Haji Tinggalkan Madinah, Petugas: Semoga Mabrur Semua |
![]() |
---|
Cerita Jamaah Haji Jalan Kaki dari Musdalifah ke Mina Sejauh 3 KM saat Suhu 48 Derajat |
![]() |
---|
Wakil Bupati Jemput 360 Jemaah Haji Asal Wajo di Asrama Haji Sudiang |
![]() |
---|
'Tukang Bubur Naik Haji' Asal Pomala Berat Tinggalkan Tanah Suci, Tiba 7 Juli di Makassar |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.