Dinsos dan Satpol PP Makassar Tak Bernyali Usut Sindikat Manusia Silver
Bahkan semakin hari, anjal gepeng semakin meruah, salah satu bentuk yang banyak ditemui ialah manusia Silver dan manusia badut.
Penulis: Siti Aminah | Editor: Alfian
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Anak jalanan (anjal) pengemis dan gelandangan (gepeng), masalah sosial yang belum tertangani hingga kini di Kota Makassar.
Bahkan semakin hari, anjal gepeng semakin meruah, salah satu bentuk yang banyak ditemui ialah manusia Silver dan manusia badut.
Teranyar, petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) bahkan tak berdaya saat melakukan penertiban manusia Silver di perempatan Jl Sungai Saddang-Jl Veteran, Kamis (8/5/2025).
Niat ingin mengamankan, justru petugas dipukul mundur oleh manusia silver dan keluarganya yang beroperasi di wilayah tersebut.
Mereka bahkan berani melawan petugas menggunakan anak panah dan batu.
Saat itu, memang jumlah petugas Satpol yang menjaring dikalah banyak dengan 'jaringan' Manusia Silver.
Pemkot Makassar sejauh ini belum menemukan ramuan yang tepat untuk memberantas anjal gepeng.
Sosiolog Univeristas Indonesia Timur (UIT) Anshar Aminullah menilai, penanganan anjal gepeng di Makassar memang seolah berputar pada siklus yang itu-itu terus.
Hari ini di razia, lalu dibina selama beberapa hari, setelahnya mereka tetap turun ke lapangan, jumlahnya bukannya berkurang, justru bertambah.
"Manusia silver yang dua tahun lalu masih bisa dihitung jari, namun per hari ini justru mereka terlihat sudah bekerja keroyokan di lampu merah untuk mengemis. Peningkatan jumlahnya sudah terlihat cukup nyata dilapangan," ucap Ansar Aminullah kepada Tribun Timur, Jumat (9/5/2025).
Baca juga: Manusia Silver Menjamur di Makassar, Sosiolog Unhas: Jangan Tunggu Jadi Masalah Besar
Baca juga: Satpol PP Dibusur dan Dilempar Batu Saat Tertibkan Manusia Silver di Jl Veteran Makassar

Katanya, kinerja Pemkot memberantas penyakit sosial ini perlu diapresiasi.
Tetapi upaya pencegahan yang hanya berfokus pada anjal, gepeng dan manusia silvernya perlu dibenahi.
Bagi Ansar, pola itu akan menghasilkan siklus yang tetap sulit meminimalisir kehadiran mereka.
Ansar bercerita, ada dua pengalaman pribadi yang dialami sekaitan pengemis dan anjal ini.
Ia pernah mendapati pengemis yang motornya jauh lebih baru dan bagus dari kendaraan yang ia pakai kala itu.
Pengalaman lainnya, ia acapkali mendapati mereka didistribusikan oleh kendaraan tertentu untuk beroperasi di titik-titik potensial.
"Dan di titik tertentu mereka akan kembali dijemput setelah mereka beroperasi. Ada aroma sindikasi sepertinya dalam pola distribusi pengemis dan anak jalanan ini. Dan mungkin banyak diantara kita yang pernah mendapati hal yang sama namun lebih memilih bersikap prihatin saja," ungkapnya.
Eks Timsel Komisioner Bawaslu Sulsel 2 ini menyarankan, Pemkot Makassar seharusnya jangan berkutat pada objek pengemisnya.
Pemkot harus berani untuk mengusut sindikasi anjal gepeng ini untuk mematikan pertumbuhannya.
"Sebab jika tidak berani ditindaki langsung dengan mencoba mencari sejenis sindikasinya, maka tetap saja dirazia satu, tapi akan tetap tumbuh seribu," katanya.
Pemkot harus tegas menciduk sindikat tersebut, jika dibiarkan berlarut, bisa jadi mereka akan berevolusi, dari mendistribusikan pengemis di jalan beralih merangsek masuk ke rumah warga untuk merampas.
"Mungkin nanti mereka akan mendistribusikan siapa yang bisa langsung menyatroni rumah warga atau masyarakat yang berpeluang mereka rampas barang-barangnya secara silent ataukah secara paksa," ulasnya.
Menurutnya, aksi nekad manusia silver dengan menyerang dan melukai Satpol PP merupakan perlawanan. Karena itu, ini hal serius yang tidak boleh dibiarkan berlarut-larut.
Imbauan pemkot di berbagai sudut kota "Berikan mereka peluang, jangan berikan uang" dimana masyarakat pun berupaya mengikuti anjuran tersebut, namun di sisi lain pemerintah justru tidak ada ketegasan menyelesaikan masalah sosial ini dari hulu ke hilir.
Jika masih berkutat dengan menyelesaikan dari hilir tanpa meraba keberadaan hulunya, sama saja dengan memberikan ruang dan ladang untuk geng patologi sosial tersebut.
Dikonfirmasi terpisah, Plt Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Makassar, Fathur Rahim menyampaikan, upaya untuk menelusuri otak dari sindikat tersebut sedang dilakukan.
Namun pengakuannya, pergerakan dilakukan secara diam-diam. Pihaknya juga enggan asal menerima dugaan adanya sindikat tersebut. Perlu identifikasi mendalam kata Fathur.
"Lagi pemantauan, kita yakini dulu, jangan sampai kita mengada-ada. Kalau sudah jelas (otaknya) akan kita panggil Itupun kita tertutup (penelusurannya)," klaim Fathur.
Usai insiden perlawanan oleh manusia silver, Fathur mengaku masih tetap menurunkan personel untuk melakukan pengawasan.
Hanya saja, mereka tidak melakukan penertiban atau penangnakapan manusia silver, Satpol PP hanya menjaga kawasan beroperasinya para anjal gepeng itu.
"Kan kalau ada petugas mereka lihat, mereka nda muncul. Jadi kita awasi terus," tuturnya.
Menurutnya, butuh kekuatan yang lebih untuk berhadapan dengan anjal gepeng. Kedepan, pihaknya akan menggandeng kepolisian atau TNI saat melakukan penertiban.
Sementara Kepala Dinas Sosial, Ita Istana Anwar bahkan tak mau pusing soal insiden penyerangan Satpol PP.
Tim Dinsos kata dia tetap melaksanakan tugas untuk memberantas anjal gepeng, termasuk turun ke lapangan melakukan penertiban.
Ditanya terkait stategi memberantas patologi sosial ini, Ita enggan menjawab. Ia menutup sambungan telepon WhatsApp Tribun Timur. (*)
Dari Ganti Oli hingga Tune-Up: Klien Bapas Makassar Belajar Skill Otomotif |
![]() |
---|
Intip Spesifikasi Cluster Baru Clariti Residence di Jalan Jipang Makassar, Tersedia 51 Unit |
![]() |
---|
Kepala DLH Makassar Helmy Budiman Usul Dana Kelurahan Biayai Program Lingkungan |
![]() |
---|
Pembeli Bendera Merah Putih Sepi Jelang HUT RI Ke-80 di Makassar, Pedagang: Ada yang Cari One Piece |
![]() |
---|
Cluster LYNX Clariti Residence Resmi Diluncurkan, Intip Harga dan Promonya! |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.