Lombok Kuning Simpati, Pedasnya Perjalanan UMKM Lokal Menembus Pasar Dunia
Awalnya dipasarkan di 60 gerai Indomaret, kini cakupannya mencapai 600 toko dalam empat tahun berkat konsistensi kualitas dan permintaan konsumer
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Di tengah gempuran produk makanan instan global, Lombok Kuning Simpati, merek sambal lokal asal Makassar, berhasil menembus pasar nasional dan bersiap merambah kancah internasional.
Perjalanan panjang selama hampir tiga dekade mengantarkan bisnis keluarga ini dari warung bakmi kecil menjadi pemain utama di industri bumbu olahan, dengan distribusi ke lebih dari 1.500 toko di Sulawesi hingga rencana ekspor ke Jepang dan Selandia Baru.
Bermula pada 1998 sebagai pelengkap menu bakmi ayam, sambal kuning racikan keluarga Ridwan Wahyudi Chandra justru mendapat respons tak terduga.
Permintaan konsumen yang konsisten meningkat memaksa mereka fokus pada produksi massal sejak resmi membentuk merek dan legalitas pada 2017.
“Awalnya hanya sambal untuk pembeli bakmi, tapi permintaan terus tumbuh,” kenang Ridwan saat ditemui di pabriknya di Jalan Sulawesi, Makassar, Selasa (29/4).
Langkah krusial Ridwan dalam memperluas pasar adalah ketekunan menawarkan produk ke toko-toko oleh-oleh meski sempat ditolak karena persaingan ketat. Strategi take or return, mengambil kembali produk jika tidak laku menjadi solusi efektif untuk membangun kepercayaan mitra.
Titik balik datang ketika pesanan berulang mulai mengalir dalam beberapa bulan. Kolaborasi dengan gerai ritel besar seperti Indomaret dan Alfamart juga mempercepat penetrasi pasar.
Awalnya hanya dipasarkan di 60 gerai Indomaret, kini cakupannya mencapai 600 toko dalam empat tahun berkat konsistensi kualitas dan permintaan konsumen.
Ridwan bahkan sukses meyakinkan Alfamart dengan pendekatan sederhana: “Saya bilang ke Alfa, ‘di sebelah (Indomaret) sudah ada’. Langsung disetujui!”.
Produk Lombok Kuning Simpati yang bebas pengawet menggunakan cabai jenis Cakra dari Jeneponto, Takalar, dan Enrekang, dipilih karena tingkat kepedasan optimal.
Warna kuning alami didapat dari perpaduan cabai hijau dan merah dalam rasio 1:1 tanpa pewarna buatan. Proses produksi harian mencapai 150 kg atau 2–3 ton per bulan, dilakukan oleh tujuh pekerja dengan standar higienis.
Sebagai UMKM, Ridwan telah mengantongi sertifikasi PIRT dan BPOM, serta berencana meningkatkan status izin menjadi MD (Makanan Dagang) guna memenuhi syarat ekspor.
Dukungan Rumah BUMN turut memperkuat transformasi bisnis ini melalui pelatihan branding, akses pameran nasional, dan jaringan distribusi.
Salah satu perubahan signifikan adalah penyederhanaan kemasan dari “Khas Makassar” menjadi identitas nasional untuk memperluas pasar. Kolaborasi dengan food vlogger seperti Magdalena Fridawati juga berhasil meningkatkan penjualan secara signifikan.
Kini, Lombok Kuning Simpati aktif di media sosial, e-commerce, dan memiliki situs web resmi di lomboksimpati.co.id .
BRI UMKM EXPO(RT)
Dainichi Populerkan Minuman Es Kopi Gula Aren, Angkat Citra Petani dan Pertanian Berkelanjutan |
![]() |
---|
UMKM Aksesoris Ini Berhasil Raih Omzet Jutaan Rupiah dan Tembus Pasar Global Berkat Pemberdayaan BRI |
![]() |
---|
BRI UMKM EXPORT Jadi Panggung UMKM Aksesori Lokal Unjuk Gigi di Kancah Global |
![]() |
---|
Dari Bone ke Panggung Global, Kisah Wawan dan Dainichi Gula Aren yang Bersinar di BRI UMKM EXPO 2025 |
![]() |
---|
Perluas Jangkauan Pasar, 3 UMKM Binaan BRI Ini Tembus Pasar Global dengan Ikuti Pameran NPEW 2025 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.