Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Cerita Pilu Ayah Putri di Jeneponto Sulsel, Anaknya Batal Dipinang Gegara Uang Panai  

Makka kemudian mendatangi ayah kandung Miko di Bungung Lompoa, Kecamatan Tamalatea, Jeneponto namun tetap buntu.

ISTIMEWA/warga
Tangkapan layar ayah Putri bernama Sila saat menceritakan kisah pilu anaknya batal dilamar uang panai Rp 100 juta oleh Miko, warga Dusun Embo, Desa Turatea, Kecamatan Tamalatea, Kabupaten Jeneponto, Sulsel pasa Sabtu (5/4/2025).   

TRIBUN-TIMUR.COM, JENEPONTO - Nasib pilu dialami Sila dan keluarganya di Jalan Kelara, Kecamatan Binamu, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (Sulsel).

Anaknya, Putri batal dilamar oleh pria bernama Miko, warga Dusun Embo, Desa Turatea, Kecamatan Tamalatea, Jeneponto.

Kejadian ini membuat Sila malu dan terpukul sebab uang panai yang sejatinya dibawa oleh Miko pada Sabtu (5/4/2025) batal.

Hari bahagia itu berakhir kelabu setelah seorang keluarga Sila, yakni Makka datang membawa kabar buruk.

"Pagi jam 7 saya bangun tidur didatangi Makka dan mengatakan bahwa sepertinya mempelai pria batal datang karena tidak punya uang untuk panai," kata Sila, dikutip dalam video yang diunggah akun Facebook, Ahmad Ochtober, Rabu (8/4/2025).

Sila yang mendengar informasi itu langsung bergegas dari tempat tidur dan mencari Putri.

Putri pun datang dan memeluk ayahnya.

Namun dengan sikap bijaknya, Sila tidak menyalahkan Putri.

"Kau tidak salah karena kita hanya menerima lamaran, kalau kau betul-betul mau maka kami bantu," ujar Sila kepada Putri.

Melihat keinginan putrinya yang tetap kekeh bersama Miko, Sila menyuruh Putri untuk mengirim uang kepada Miko.

Uang tersebut nantinya akan dibawa kembali kepada Putri sebagai uang Panai.

"Tarik saja uang di ATM mu Rp 100 juta lalu bawakan calonmu yang penting dia datang," tutur Sila

Namun, pernyataan ayah Putri itu mendapat penolakan sejumlah keluarganya.

Keluarga Sila menyebut bahwa jika hal itu dilakukan maka sama saja seorang wanita melamar pria.

Kendati begitu, kesepakatan keluarga Putri hanya meminta uang panai seadanya kepada pihak Miko.

"Rp 1 juta, Rp 2 juta, Rp 3 juta, Rp 5 juta, Rp 10 juta, bawa saja ke rumah sesuai kemampuanmu, yang penting ada mahar emas meskipun satu gram," ungkapnya.

Dari kesepakatan itu, Makka bergerak ke Embo untuk menyampaikan hal tersebut kepada Ibu dan Ayah tiri Miko.

Namun sesampainya di sana, pagar rumah Miko sudah digembok dan pintu rumah tertutup rapat.

"Makka tidak menemukan seorang pun di rumah Miko, dan menurut tetangganya, Miko dan orang tuanya ke Makassar sejak subuh," jelas Sila.

"Bahkan buras dan seserahan yang akan mereka bawa sudah dibagikan kepada tetangganya," lanjutnya.

Jarum jam kemudian menunjuk pukul 14:00 Wita.

Keluarga besar Putri mulai emosi.

Makka kemudian mendatangi ayah kandung Miko di Bungung Lompoa, Kecamatan Tamalatea, Jeneponto namun tetap buntu.

Ayah kandung Miko tersebut menolak datang karena tidak dilibatkan saat proses awal lamaran.

Singkat cerita, pasca salat ashar di hari yang sama, ibunda Miko menelepon kepada keluarga Putri.

Ibunda Miko memberi angin segar dan berjanji akan segera datang.

"Dia bilang mau datang dan bawa uang Rp20 juta," beber Sila.

Kelurga Putri tak ingin percaya begitu saja.

Makka kembali menelpon Ayah tiri Miko untuk memperjelas informasi tersebut.

"Ia memastikan bahwa pihaknya akan datang membawa uang," sebutnya.

Beberapa jam setelah kesepakatan itu, keluarga Miko tak kunjung datang.

Putri pun memeluk ayahnya dan menyampaikan kalimat menyakitkan.

"Putri ditelepon Miko bahwa uang yang dikirim hanya Rp15 juta dan sudah ada di Embo, kami malah diminta untuk mengambil uang itu di Embo, jika tidak, maka bubar," sesal Sila menirukan perkataan Miko kepada putrinya.

"Andai pihak laki-laki itu datang membawa uang pasti jadi demi kebahagiaan anak saya, tujuan saya hidup memang untuk membahagiakan istri dan anak saya," kata Sila sembari mengusap air mata.

Dari pernyataan Miko itu, membuat pihak keluarga Putri semakin tak dihargai.

Amarah yang semakin mendidih memaksa keluarga Putri bertindak anarkis.

Alhasil, rumah orang tua Miko diduga menjadi sasaran amukan massa dari pihak Putri.

Ratusan orang datang menyerbu dengan menumpangi mobil tongkang, minibus dan sepeda motor.

Diberitakan sebelumnya, kejadian memilukan terjadi di Dusun Embo, Desa Turatea, Kecamatan Tamalatea, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan (Sulsel), Sabtu (5/4/2025) malam.Sebuah rumah menjadi target amarah lantaran pemiliknya diduga melanggar kesepakatan membawa uang panai kepada pihak perempuan.

Peristiwa ini viral di media sosial Facebook oleh akun Citra Erang.

Dalam postingan videonya, memperlihatkan detik-detik penyerangan rumah orang tua laki-laki oleh pihak keluarga perempuan.

Bahkan terdengar suara perempuan diduga terlibat cekcok dengan pihak keluarga laki-laki.

"Rumahnya sudah hancur, telepon saja keluargamu, rumahnya sudah hancur," teriak seorang wanita dengan dialek Jeneponto.

Dari postingan lain diunggah Citra Erang, pemilik rumah tersebut bernama Darma.

Sementara anak pemilik rumah yang melakukan lamaran adalah Miko.

Miko dan seluruh penghuni rumah tak kunjung datang membawa uang panai dan seserahan dari jadwal yang disepakati.

Saat penyerangan rumah terjadi, Miko sekeluarga bahkan tidak berada di tempat.

"Melamar tidak punya uang, nda ada uang panaikna. Tidak sanggup alhasil dimassa," jelas Citra Erang.

Kapolsek Tamalatea, Iptu Suardi saat dikonfirmasi membenarkan peristiwa tersebut.

Insiden penyerangan rumah ini terjadi pada pukul 21.30 Wita.

"Menurut perempuan memang begitu (gegara uang panai) kemarin jadwalnya tapi (pihak laki-laki) tidak datang," ujar Iptu Suardi via telepon, Minggu (6/4/2025).

Orang tua Miko telah melaporkan kejadian pengrusakan rumahnya ke Mapolsek Tamalatea.

"Orang tuanya sementara melapor, sekarang sudah ada di kantor," tuturnya.

Laporan Jurnalis Tribun-Timur.com, Muh Agung Putra Pratama

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved