Nasaruddin Umar
Merawat Kemabruran Puasa 16: Dari Khauf ke Khasyyah
Akan tetapi di dalam Bahasa Arab, keduanya dapat dibedakan pengertiannya. Bahasa Arab merupakan bahasa yang sangat kaya dengan kosa kata (mufradat).
Sedangkan kata khasyyah berasal dari akar kata khasya berarti takut, tetapi obyek yang ditakuti itu ialah Sang Khaliq, Allah SWT.
Seperti dinyatakan di dalam Al-Qur’an: ”Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.
Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. (Q.S. al-Nisa’/4:9).
Obyek yang ditakuti dalam ayat ini ialah Allah SWT, karena itu digunakan kata walyakhsya.
Perbedaan kedua kosa kata itu juga mengisyaratkan perbedaan sikap. Jika ingin selamat dari obyek yang ditakuti dalam kata kauf, maka kita harus menjauhi obyek itu.
Misalnya jika ingin selamat dari harimau atau tsunami jauhi obyek itu, karena jika dekat maka terancam bahaya mematikan.
Sebaliknya jika ingin selamat dari obyek yang ditakuti dalam kata khasyyah, maka kita harus mendekati obyek yang ditakuti itu.
Jika kita menjauhi Tuhan pasti kita akan binasa. Tegasnya jika ingin selamat dari obyek yang ditakuti (makhluk) jauhi obyek itu.
Jika ingin selamat dari obyek yang ditakuti (Khaliq), dekati obyek itu.
Banyak di antara kita belum cerdas mencari penyelamatan diri dari obyek yang ditakuti.
Jika ingin selamat dari siksa neraka maka seharusnya kita menjauhi hal-hal yang dilarang oleh agama, seperti perzinahan, pembunuhan, korupsi, dan pendaliman.
Dengan demikian kita akan selamat dari siksa neraka. Sebaliknya jika kita mendambakan syurga maka kita harus mendekati sedekat-dekatnya Allah Swt sebagai obyek yang ditakuti.
Idealnya, kita di dalammengabdikan diri kepada Allah Swt betul-betul tanpa pamrih.
Tidak berharap syurga atau berlindung kepada-Nya agar tidak masuk neraka, tetapi semata-mata kita lakukan pengabdin karena Allah SWT, sebagaimana di dalam ikrar kita: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya karena Allah SWT”.
Menag Nasaruddin Umar: As’adiyah Macanang Tumbuh Pesat Sejak Sebelum Saya Menjabat |
![]() |
---|
Merawat Kemabruran Puasa 29: Dari Salam, Islam, dan ke Istislam |
![]() |
---|
Merawat Kemabruran Puasa 28: Dari Sufi Palsu ke Sufi Sejati |
![]() |
---|
Merawat Kemabruran Puasa 27: Dari Wirid ke Warid |
![]() |
---|
Merawat Kemabruran Puasa 26: Dari Ta’abbud ke Isti’anah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.