Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Perspekftif

Lentera Ramadhan 13: Belajar Ikhlas

Tetap saja tabungan Anda tertulis 000.000.000,- dan nilainya nol atau tidak ada. Kerja keras Anda menabung selama puluhan tahun hilang semua.

Editor: Sudirman
Ist
PERSPEKTIF - Syamril Direktur Sekolah Islam Athirah. Syamril merupakan penulis rutin kolom perspektif di cetak Tribun Timur. 

Oleh: Syamril

TRIBUN-TIMUR.COM - Bayangkan Anda punya tabungan 1 Milyar di bank. Jika diprint di buku tabungan tertulis 1.000.000.000. 

Suatu hari Anda ke bank untuk mencairkannya karena butuh modal usaha. Ternyata catatan di rekening Anda angka 1-nya hilang. Hanya tertulis 000.000.000. Anda protes ke bank.

Tetap saja tabungan Anda tertulis 000.000.000,- dan nilainya nol atau tidak ada. Kerja keras Anda menabung selama puluhan tahun hilang semua.

Kejadian di atas bisa terjadi kelak di akhirat. Menurut Prof. KH. Dr. Asep Zaenal Aushop, MA, Guru Besar dan dosen Agama Islam di ITB, amalan itu ibarat angka nol dan ikhlas adalah angka 1 di depan angka nol.

Ada orang yang amalannya banyak sehingga angka nolnya juga berderet banyak. Kelak di akhirat ingin dicairkan pahalanya ternyata tidak ada. Mengapa?

Karena tidak ikhlas dalam beramal. Hanya ada deretan angka 0, tidak ada angka 1 di depan angka nol. 

Bukankah ini sejalan dengan hadist Nabi tentang kisah 3 orang yang amalannya luar biasa?

Mujahid syahid di medan perang. Ahli Al Quran mempelajari dan mengajarkan Al Quran. Orang kaya banyak membangun masjid dan membantu orang lain.

Tapi di akhirat tidak ada pahalanya di sisi Allah karena tidak ikhlas. Imbalannya sudah diperoleh di dunia yaitu mereka ingin dikenal sebagai mujahid, qari dan dermawan.

Begitu pentingnya ikhlas dalam beramal maka ilmu ikhlas harus terus dipelajari dan diperjuangkan pengamalannya.

Bagaimana cara belajar ikhlas? KH. Abdullah Gymnastiar menyebutkan untuk tidak mengharapkan 5 hal saat beramal. Agar mudah diingat disingkat dalam kata TaLiHPBudi yaitu Tahu, Lihat, Hargai, Puji, dan balas Budi.

Pertama, yaitu tahu. Maksudnya jangan amalannya selalu mau diketahui orang lain terutama amalan sunnah.

Jangan selalu aktivitas ibadahnya diposting di media sosial. Sebelum diposting periksa dulu niatnya.

Apakah untuk pencitraan atau syiar dakwah menginspirasi orang lain. Jika ada unsur pencitraan segera bersihkan niat dan luruskan karena Allah.

Halaman
12
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved