Syiar Ramadhan 2025
5 Kunci Ketenangan Jiwa
Menurut ulama tafsir untuk membesarkan Allah SWT caranya adalah memperbanyak membaca Al-Qur'an, banyak-banyak berzikir.
Oleh:
Ustaz Kamaruddin Mustamin
Dosen Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Alauddin Makassar
TRIBUN-TIMUR.COM - Dalam bahasa filsafat nalar itu harus diasah dengan membaca, kalau jiwa harus diasah dengan zikir.
Bagaimana cara atau trik menemukan ketenangan jiwa?
Dalam pandangan Al-Qur'an terutama dalam Surah Al-Muddassir, yang pertama kuncinya kalau hati mau tenang, maka besarkanlah Allah SWT.
Jangan besarkan jabatan, jangan besarkan harta, jangan besarkan keturunan.
Menurut ulama tafsir untuk membesarkan Allah SWT caranya adalah memperbanyak membaca Al-Qur'an, banyak-banyak berzikir.
Dalam Al-Qur'an disebutkan barang siapa yang enggan berzikir, malas berzikir maka dia disempitkan kehidupannya.
Sekarang ini saya melihat anak-anak muda ingin mencapai ketenangan dengan datang ke warkop.
Setiap saya diajak bertemu, janjiannya pasti di warkop.
Boleh kita ke warkop tetapi saya berpesan kepada seluruh umat Islam begitu tiba waktu salat, mari kita besarkan Allah SWT.
Dan Alhamdulillah di warkop Makassar telah disiapkan musalla.
Kedua, kalau kita mau menghadap sama Allah SWT harus berpakaian bersih.
Jangan memilih pakaian yang digunakan sehari-hari.
Kita harus membedakan pakaian saat beraktivitas dan beribadah.
Ketika salat harus kita pisah mana sarung tidur mana sarung salat.
Jangan sampai sarung yang kita pakai tidur ternyata terkena najis.
Kita menghadap sama Pak bupati, gubernur, walikota pakai pakaian yang rapi, tetapi begitu kita menghadap sama Allah SWT pakaian ala kadarnya saja.
Jadi yang dimaksud adalah sumbernya halal.
Jangan sampai kita memakai baju yang kita beli dari hasil korupsi.
Ini yang harus diperhatikan karena untuk mencapai ketenangan jiwa pakaian kita harus bersih.
Ketiga adalah perbuatan dosa tinggalkan.
Fitnah, caci maki, menjatuhkan orang, mencari-cari kesalahan orang lain, tinggalkan.
Karena kalau kita tetap melakukan hal itu maka hati kita menjadi gelisah.
Tidak ada ketenangan dalam diri kita karena selalu kita sibuk mencari-cari kelemahan orang lain padahal kelemahan kita juga ada.
Makanya ada pepatah yang mengatakan kalau ada gajah besar di peluk mata dia tidak melihatnya, tetapi jika ada semut yang meninggal di tetangganya dia lihat.
Artinya kita ini manusia terkadang pandai mengoreksi orang lain tetapi kita tidak pandai mengoreksi diri.
Keempat adalah biasakanlah membantu seseorang dengan tidak mengharapkan balasan.
Ketika kita membantu seseorang dengan mengharapkan balasan maka lahirlah kekecewaan.
Kalau kita suka menolong orang, membantu orang, Allah SWT yang akan membantu kita.
Jangan kita membantu orang karena niat untuk dibalas.
Kelima, kunci untuk mencapai ketenangan jiwa adalah sabar.
Jika ada yang mengkritik, mencaci maki, jangan pernah berniat untuk membalasnya tetapi selalulah bersabar.
Bukankah Rasulullah SAW ketika dilempar berdarah dahinya, lalu Abu Bakar marah dan mengatakan 'Ya Rasulullah saatnya aku membalas'.
Kata Nabi 'Janganlah engkau membalasnya Abu Bakar. Dengan angkau membalas tidak akan menyelesaikan persoalan tetapi justru yang menyelesaikan permasalahan adalah memberikan kata maaf'.(*)
Laporan Mahasiswa Magang IAIN Parepare, Ulfa Ali
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.