Nasaruddin Umar
Merawat Kemabruran Puasa 11: Hikmah Dibalik Penolakan Doa
Akan tetapi tidak semua doa itu diijabah oleh-Nya. Apa arti di balik pengabulan dan penerimaan sebuah doa?
Ketiga, Allah SWT memandang persyaratan untuk dikabulkan sebuah doa dari hamba tetapi tidak terpenuhi persyaratan itu oleh hamba yang berasngkutan, misalnya doanya setengah hati atau tidak serius.
Seolah doanya hanya formalitas belaka, karena ia merasa aman (save) dari berbagai kemungkinan resiko terjeleh karena mungkin ia pejabat atau memiliki harta atau uang
yang banyak.
Banyak faktor yang menjadi sebab ditolak atau diterimanya doa seseorang. Ada faktor subyektif dan ada faktor obyektif.
Bagaimana mungkin Allah SWT mau menerima doa seseorang sementara pakaian, tempat, dan bahkan energi yang menggerakkan dirinya di dalam berdoa semuanya berasal dari barang yang tidak halal.
Rumah yang digunakan berdoa hasil korupsi, sajadah yang digunakan berdoa hasil sogokan, dan energi yang digunakan mengangkat kedua tangan dalam berdoa bersumber dari harta yang syuhbaht atau mungkin haram?
Boleh jadi Allah SWT memandang permohonan yang bersangkutan berakibat buruk baginya.
Misalnya akan menjadikan dirinya menjadi sombong dan angkuh sehingga menjauh dari Tuhannya.
Bahkan mungkin bisa jika permohonannya dikabulkan akan menyebabkan masuk penjarah atau dikenakan hukuman yang memalukan lain dari dan oleh masyarakat.
Meskipun demikian, seorang hamba tetap diminta untuk terus berdoa, karena seperti dikatakan Nabi Muhammad Saw: Al-Du’a mukh al-‘ibadah (doa adalah intinya ibadah).
Orang yang yang tidak mau atau malas berdoa termasuk orang yang sombong di mata Allah SWT, karena seolah-olah ia tidak membutuhkan Tuhan dan merasa mampu memfasilitasi dirinya sendiri.
Teruslah berdoa, diterima atau ditolak tetap memiliki manfaat luar biasa bagi yang bersangkutan, minimun berfungsi sebagai induk segala ibadah. Masya’ Allah.
Menag Nasaruddin Umar: As’adiyah Macanang Tumbuh Pesat Sejak Sebelum Saya Menjabat |
![]() |
---|
Merawat Kemabruran Puasa 29: Dari Salam, Islam, dan ke Istislam |
![]() |
---|
Merawat Kemabruran Puasa 28: Dari Sufi Palsu ke Sufi Sejati |
![]() |
---|
Merawat Kemabruran Puasa 27: Dari Wirid ke Warid |
![]() |
---|
Merawat Kemabruran Puasa 26: Dari Ta’abbud ke Isti’anah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.