Nasaruddin Umar
Merawat Kemabruran Puasa 11: Hikmah Dibalik Penolakan Doa
Akan tetapi tidak semua doa itu diijabah oleh-Nya. Apa arti di balik pengabulan dan penerimaan sebuah doa?
Oleh: Prof. Dr. KH Nasaruddin Umar, MA
Menteri Agama
TRIBUN-TIMUR.COM - Setiap orang selalu memohon, agar doanya diijabah Allah SWT.
Akan tetapi tidak semua doa itu diijabah oleh-Nya. Apa arti di balik pengabulan dan penerimaan sebuah doa?
Apakah pengabulan doa berarti tanda cinta Tuhan atau sebaliknya? Atau penolakan doa berarti tanda benci Tuhan terhadap diri kta?
Tidak banyak orang memahami bahwa penolakan sebuah doa yang sudah dipanjatkan secara khusyuk dan berkali-kali justru akan menjadi modal utama bagi
yang bersangkutan untuk menolak bala dan menjadi cadangan amunisi untuk mempertahankan rahmat dan karunia Allah SWT.
Seandainya dibukakan apa hikmah di balik penolakan doa maka mungkin di antara kita lebuh banyak bersyukur akan penundaan pengabulan doa itu.
Penolakan atau tertundanya sebuah doa boleh jadi disebabkan karena beberapa hal antara lain sebagai berikut:
Pertama, Allah SWT mencintai hamba yang bersangkutan, karena itu Ia menolak permohonannya.
Yang bersangkutan diminta untuk ke langit dan dilangit pasti lebih banyak pilihan yang maha baik disbanding apa yang dimohonkannya di bumi.
Allah SWT tidak ingin mengabulkan permohonan itu agar yang bersangkutan tidak asyik bermain dan menikmati hasil doanya lalu lupa naik ke langit.
Kita terkadang menanggapi seorang pemohon dengan memberikan permintaannya segera agar dia tidak datang lagi.
Kedua, Allah SWT memandang yang bersangkutan tidak terlalu penting baginya apa yang dimohonnya.
Permohonan itu lebih dibutuhkan oleh anak-anak atau cucu kesayangannya di kemudian hari.
Ia hanya menjadikannya sebagai kebutuhan sekunder sedangkan anak dan atau cucunya menjadikannya sebagai kebutuhan primer, sehingga Allah SWT tidak menurunkannya
kepada tetapi kepada anak atau cucunya.
Menag Nasaruddin Umar: As’adiyah Macanang Tumbuh Pesat Sejak Sebelum Saya Menjabat |
![]() |
---|
Merawat Kemabruran Puasa 29: Dari Salam, Islam, dan ke Istislam |
![]() |
---|
Merawat Kemabruran Puasa 28: Dari Sufi Palsu ke Sufi Sejati |
![]() |
---|
Merawat Kemabruran Puasa 27: Dari Wirid ke Warid |
![]() |
---|
Merawat Kemabruran Puasa 26: Dari Ta’abbud ke Isti’anah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.