Nasaruddin Umar
Merawat Kemabruran Puasa 9: Menebar Energi Positif
Kemampuan seseorang untuk meraih simpati, respek, cinta, dan empati orang lain adalah salah satu cara untuk mendapatkan kebahagiaan.
Oleh: Prof. Dr. KH Nasaruddin Umar, MA
Menteri Agama
TRIBUN-TIMUR.COM - Menebarkan energi positif bagian dari misi suci Ramadan.
Perbuatan yang menyedot energi orang seperti riya dan ambsi berlebihan termasuk contoh menyedot energi orang lain sekaligus berarti menebarkan energi negatif.
Kemampuan seseorang untuk meraih simpati, respek, cinta, dan empati orang lain adalah salah satu cara untuk mendapatkan kebahagiaan.
Inti silaturrahim sesungguhnya tidak lain adalah untuk saling membahagiakan satau sama lain.
Penampilan yang ceria, tutur kata yang indah, dan akhlak yang santun akan menumbuhkan simpati orang lain.
Begitu pentingnya kelemah-lembutan itu maka Rasulullah SAW pernah bersabda: “Barangsiapa tidak diberi kelemahlembutan, maka dia telah terhalang dari semua kebaikan.”
Seorang bijak pernah mengatakan: “Kelemahlembutan itu mampu menarik ular keluar dari liangnya.” Orang bijak lain mengatakan: “Ambillah madunya, tapi jangan merusak sarangnya.”
Jika seseorang secara konsisten mampu menjalani kehidupannya penuh dengan kelemahlembutan maka bukan saja mendatangkan kebahaagiaan permanen di dalam diri dan keluarganya tetapi segenap lingkungan masyarakat tempat ia berdomisili juga merasakan kebahagiaan itu.
Orang-orang seperti ini mampu mengalirkan energy positif ke dalam lingkungan komunitasnya.
Entah itu di kantor, di lingkugan perumahan, atau di pusat-pusat ibadah setempat.
Orang-orang seperti ini sering dikatakan: Kepergiannya adalah kehilangan dan kehadirannya adalah kebahagiaan.
Berbeda dengan orang-orang kebalikannya, yang karakternya selalu menebar energy negative di lingkungannya, sering dikatakan: Datang tidak menguntungkan pergi tak mengurangi. Bahkan ada orang yang: “Kepergiannya Alhamdulillah dan kedatangannya inna lillah”.
Dalam era masyarakat modern, kepemimpinan masyarakat sudah meninggalkan era kepemimpinan tradisional.
Menag Nasaruddin Umar: As’adiyah Macanang Tumbuh Pesat Sejak Sebelum Saya Menjabat |
![]() |
---|
Merawat Kemabruran Puasa 29: Dari Salam, Islam, dan ke Istislam |
![]() |
---|
Merawat Kemabruran Puasa 28: Dari Sufi Palsu ke Sufi Sejati |
![]() |
---|
Merawat Kemabruran Puasa 27: Dari Wirid ke Warid |
![]() |
---|
Merawat Kemabruran Puasa 26: Dari Ta’abbud ke Isti’anah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.