Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Nasaruddin Umar

Merawat Kemabruran Puasa 9: Menebar Energi Positif

Kemampuan seseorang untuk meraih simpati, respek, cinta, dan empati orang lain adalah salah satu cara untuk mendapatkan kebahagiaan.

Editor: Sudirman
Tribunnews.com
PUASA RAMADAN - Menteri Agama RI Nasaruddin Umar melakukan sesi wawancara khusus di Studio Tribun Network, Jalan Palmerah Selatan, Jakarta Pusat, Selasa (28/1/2025). Hari ini menteri bicara soal awal puasa Ramadan 2025. 

Oleh: Prof. Dr. KH Nasaruddin Umar, MA

Menteri Agama 

​TRIBUN-TIMUR.COM - Menebarkan energi positif bagian dari misi suci Ramadan.

Perbuatan yang menyedot energi orang seperti riya dan ambsi berlebihan termasuk contoh menyedot energi orang lain sekaligus berarti menebarkan energi negatif.

Kemampuan seseorang untuk meraih simpati, respek, cinta, dan empati orang lain adalah salah satu cara untuk mendapatkan kebahagiaan.

Inti silaturrahim sesungguhnya tidak lain adalah untuk saling membahagiakan satau sama lain.

Penampilan yang ceria, tutur kata yang indah, dan akhlak yang santun akan menumbuhkan simpati orang lain.

Begitu pentingnya kelemah-lembutan itu maka Rasulullah SAW pernah bersabda: “Barangsiapa tidak diberi kelemahlembutan, maka dia telah terhalang dari semua kebaikan.” 

Seorang bijak pernah mengatakan: “Kelemahlembutan itu mampu menarik ular keluar dari liangnya.” Orang bijak lain mengatakan: “Ambillah madunya, tapi jangan merusak sarangnya.”

​Jika seseorang secara konsisten mampu menjalani kehidupannya penuh dengan kelemahlembutan maka bukan saja mendatangkan kebahaagiaan permanen di dalam diri dan keluarganya tetapi segenap lingkungan masyarakat tempat ia berdomisili juga merasakan kebahagiaan itu.

Orang-orang seperti ini mampu mengalirkan energy positif ke dalam lingkungan komunitasnya.

Entah itu di kantor, di lingkugan perumahan, atau di pusat-pusat ibadah setempat. 

Orang-orang seperti ini sering dikatakan: Kepergiannya adalah kehilangan dan kehadirannya adalah kebahagiaan.

Berbeda dengan orang-orang kebalikannya, yang karakternya selalu menebar energy negative di lingkungannya, sering dikatakan: Datang tidak menguntungkan  pergi tak mengurangi. Bahkan ada orang yang: “Kepergiannya Alhamdulillah dan kedatangannya inna lillah”.

​Dalam era masyarakat modern, kepemimpinan masyarakat sudah meninggalkan era kepemimpinan tradisional.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved