Nasaruddin Umar
Merawat Kemabruran Puasa 10: Rahasia Pengabulan Doa
Salah satu faktor mengapa doa kita ditolak atau ditunda pengabulan doa kita ialah kurangnya rasa respek dan makrifah yang mendalam kepada Allah SWT.
Oleh: Prof Dr KH Nasaruddin Umar MA
Menteri Agama
TRIBUN-TIMUR.COM - Harapan semua orang yang berdoa ingin dikabulkan doanya.
Masalahnya kita sering bahkan selalu berdoa tetapi doa kita tidak diijabah Allah SWT.
Kita sering mencari sebab mengapa doa kita belum dikabulkan Tuhan.
Padahal kita sudah merasa maksimum telah memohonkan secara khusus kepada Allah SWT agar doa kita diterima.
Salah satu faktor mengapa doa kita ditolak atau ditunda pengabulan doa kita ialah kurangnya rasa respek dan makrifah yang mendalam kepada Allah SWT.
Etika berdoa banyak dibahas di dalam kitab-kitab tasawuf, termasuk di dalam kitab I yā’ ‘Ulūm al-Dīn, karya Imam Al-Gazali dan dalam Kitab Futuhat al- Makkiyyah dan Kitab Fushuhsh al-Hikam karya Ibn ‘Arabi.
Keajaiban demi keajaiban bisa dirasakan oleh orang yang berdoa secara tulus.
Doa yang disampaikan dengan etika maksimum bisa dirasakan langsung komunikasi batin itu dengan Allah SWT.
Bagi kalangan sufi lebih penting berdoa daripada pengabulan doa.
Pengabulan doa belum tentu dirasakan manfaatnya secara fundamental.
Akan tetapi orang yang mampu merasakan hikmatnya berdoa, maka ia tidak lagi menunggu manifestasi doa tetapi paling penting baginya ialah adanya rasa keakraban dengan Sang Pendengar Doa.
Seolah ia memahami maksud Tuhan seperti yang pernah disampaikan oleh Ibn Arabi bahwa boleh jadi penolakan doa-Mu berarti hikmah lebih besar dari pada ikan raksasa tu.
Boleh jadi doa seseorang ditolak di langit karena Tuhan menghendaki dirinya yang ke langit untuk menyaksikan sekaligus merasakan nikmatnya pemandangan etalase yang dipamerkan Tuhan di langit.
Menag Nasaruddin Umar: As’adiyah Macanang Tumbuh Pesat Sejak Sebelum Saya Menjabat |
![]() |
---|
Merawat Kemabruran Puasa 29: Dari Salam, Islam, dan ke Istislam |
![]() |
---|
Merawat Kemabruran Puasa 28: Dari Sufi Palsu ke Sufi Sejati |
![]() |
---|
Merawat Kemabruran Puasa 27: Dari Wirid ke Warid |
![]() |
---|
Merawat Kemabruran Puasa 26: Dari Ta’abbud ke Isti’anah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.